Wednesday, February 13, 2013

Jenis Kata


JENIS   KATA
I.    Pembentukan Kata

      Pembentukan sebuah kata dapat diambil dari dua sumber yaitu sumber dari dalam bahasa Indonesia dan dari luar bahasa Indonesia. Kata baru yang bersumber dari bahasa Indonseia bersumber dari kata yang sudah ada, seperti gabungan kata berikut.
            daya tahan                     serbaguna                    lepas tangan
            daya tarik                      serbatahu                      lepas pantai
      Pembentukan kata bahasa Indonesia yang berasal dari luar bahasa Indonesia adalah seperti kata-kata serapan berikut.
Valuta               mesjid              Impor  
Ekspor             bank                 ahad
           
      Pengambilan kata asing tersebut disebabkan karena belum ada penemuan penamaan secara resmi dari bahasa Indonesia.
II.   Pengertian.
      Kata adalah kumpulan bunyi yang mengandung arti.  Berikut 10 jenis kata, jenisnya yang sering dipergunakan dalam pemakaian bahasa Indonesia.

III.      Peran kata

      Selain memiliki fungsi, kata juga memiliki peran dalam kalimat, yaitu apakah kata tersebut berperan sebagai pelaku, penderita, pelengkap, penyerta, atau sebagai penjelas. Contoh: Anak-anak belajar Bahasa Indonesia dengan tertib. Pelaku pelengkap penjelas Buku itu dibelinya ketika ia berada di luar negeri.

IV.  Jenis-Jenis Kata
A.   Kata Kerja (verba)
      Kata Kerja (verba) adalah  kata yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan,  tindakan atau keadaan. Kata Kerja dibedakan menjadi 2 macam :
      1.    Kata kerja aktif transitif adalah kata kerja yang berobyek langsung, seperti contoh berikut:
a.    membeli  roti
                               P       O
b.    membaca  Koran
                               P          O
      2.    Kata kerja Aktif intrasitif adalah kata kerja yang tak berobyek, seperti contoh berikut:
a.    Adik  menangis
                         S          P      
b.    Bapak  Membaca
                           S          P
     Dilihat dari maknanya yang dikandungnya, kata kerja dapat dibedakan atas:
a.    Kata kerja aktif
      Contoh: membaca, memakan, melihat.
b.    kata kerja pasif
      Contoh: diminum, dimasak, ditegur.
             Ciri-ciri kata kerja sebagai berikut:
             1.    Menempati fungsi predikat dalam kalimat. Misalnya:
a.    Kucing  mengeong.       ( mengeong = kata kerja)
                           S             P      
b.    Kucing itu  berwarna  putih.    (berwarna = kata kerja)
                           S                  P     pel
            2.    Dapat didahului oleh kata keterangan akan, sedang dan sudah.
a.    Mereka akan  menempati   rumah itu                                                                                                           S                  P                 O
b.    Ayah  sedang duduk.   
                           S                  P    
             3.    Dapat didahului oleh kata tidak.
a.    tidak sehat
b.    tidak makan
       Dari sumber lain dijelaskan Kata kerja ialah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Kata kerja biasanya berfungsi sebagai predikat. Suatu kata dapat digolongkan kedalam kelas kata kerja apabila memenuhi persyaratan berikut.
(1)  Dapat diikuti oleh gabungan kata (frasa) dengan + kata sifat.
Contoh:   pergi (Pergi dengan gembira.) , tidur (Tidur dengan nyenyak.), jalan (Jalan dengan santai.)
(2)   Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah.
Contoh:   (akan) mandi, (sedang) tidur,  (telah) pergi
(3)   Dapat diingkari dengan kata tidak.
Contoh:   (tidak) makan, (tidak) lihat,  (tidak) pulang
(4)   Berawalan me- dan ber-
Contoh: melatih, melihat, merakit, berdiskusi ,berpikir, berusaha

B. Kata Benda (nomina)
         Kata Benda (nomina) adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda  dan konsep atau pengertian. Kata Benda dibedakan menjadi 2 macam:
1.  a.    Kata benda (nomina) berwujud (konkrit), seperti kata berikut:
1)    Ali, Jakarta, Brantas, Semeru dan sebagainya
2)    Meja, Almari, Bangku dan sebagainya
3)    Perak, Emas, Besi, Intan dan sebagainya
b.    Kata benda tak berwujut (abstrak) yang tidak tertangkap oleh panca indra, seperti kata berikut: agama, sifat, kelakuan, pertanian dan sebagainya.
2.   Kata benda bentuk dasar dan kata benda turunan.
a.    kata benda bentuk dasar
      Contoh; gambar, pisau, tahun.
b.    kata bentuk turunan
      Contoh; keindahan, kemajuan

Ciri-Ciri Kata Benda

1.       Dalam kalimat yang berpredikat kata kerja, kata benda cenderung menduduki fungsi subyek, obyek, atau pelengkap.

      Contoh:     Ibu  membelikan  adik  baju baru
                        S        P             O         pel
                      Ibu                  =  kata benda
                      Adik                =     kata benda
                      Baju baru        = kata benda
2.       Kata benda tidak dapat didahului oleh kata inkar tidak. Kata ibu, adik, dan baju adalah kata benda sebab tidak dapat didahului oleh kata tidak. Bentuk ingkar kata benda adalah bukan. Jadi, yang benar adalah “bukan ibu yang membelikan adik baju baru”.  Sedangkan “tidak ibu yang membelikan adik baju baru merupakan contoh kalimat yang salah.   
3.       Kata benda dapat diikuti oleh kata sifat dengan menggunakan  kaya yang.
      Contoh: ibu yang baik hati, adik yang manis, baju yang baru.

       Kata benda ialah kata yang mengacu pada benda, orang, konsep,ataupun pengertian yang berfungsi sebagai objek dan subjek. Suatu kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata benda apabila memenuhi persyaratan berikut.
(1)   Dapat diikuti oleh frasa yang + sangat.
      Contoh:       mobil (mobil yang bagus/mobil yang sangat bagus)
pemandangan (pemandangan yang indah/pemandangan yang sangat indah)
pemuda (pemuda yang gagah/pemuda yang sangat gagah)
(2)   Berimbuhan pe-, -an, pe-/-an, per-/-an, ke-/-an.
      Contoh:       permainan
pertunjukan
kesehatan
(3)   Dapat diingkari dengan kata bukan.
      Contoh :      saya (bukan saya)
roti (bukan roti)
gubuk (bukan gubuk)

C. Kata Ganti (pronomina)
         Kata Ganti (pronomina) adalah  kata yang mengganti kata benda yang tidak disebut, jadi tidak selalu mengucapkan kata benda tadi, antara lain:
1.   Kata ganti orang.
a.    Saya, aku, beta (tunggal), kami, kita (jamak)
b.    Hamba, sahaya, abdi, patik.
c.    Dimas, Rama, Salsa, adik, ibu, awak, diri, badan.
d.    Engkau (tunggal) kamu (jamak)
e.    Tuan, padukatuan, yang mulia dan sebagainya
f.      Ia, dia, nya (tunggal), mereka itu (jamak)
g.    Rumahku, sepedamu, bukunya (ku,mu,nya kata ganti empunya)
            Perhatikan pada kata ganti orang  berikut:
Kata ganti
Tunggal
Jamak
Orang I
Orang II
Orang III
Aku
Engkau
Dia
Kami, kita
Kalian
Mereka

2.   Kata ganti Penunjukini, itu
3.   Kata Ganti penghubung (sebagai pengantar penghubung anak kalimat) = Yang, tempat, waktu, siapa, apa, dimana.
4.   Kata Ganti Penanya
a.    siapa, apa, mana
b.    berapa, mengapa, bagaimana
c.    dimana, kemana, darimana
5.   Kata Ganti tak tentu 
      a.    seseorang                           b.   sesuatu
6.   Kata ganti kepunyaan
a.    ku                        
b.    mu
c.    -nya

       Kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu pada nomina lain. Pronomina berfungsi untuk mengganti kata benda atau nomina.
Contoh:        Aku sudah mencoba membujuknya.
                   Kami sangat berharap kepada kalian.
                   Dia telah meninggalkan kita.
                   Itu memang miliknya.

D. Kata Keadaan atau Kata Sifat (adjektiva)

       Adjektif, juga dikenali sebagai kata sifat, ialah kata yang menjadi inti dalam frasa adjektif seperti manis sekali, sudah lama sungguh, masih lebat lagi.
Kata-kata dalam golongan kata adjektif menerangkan keadaan atau sifat sesuatu nama atau frasa nama. Kata adjektif boleh dikenali jika kata berkenaan didahului oleh kata penguat seperti amat, sangat, sungguh, sekali, paling, agak, benar.
       Kata Keadaan atau Kata Sifat (adjektiva) adalah kata yang menerangkan hanya pada kata benda, biasanya jadi jawaban pada pertanyaan bagaimana atau dalam keadaan apa. Seperti contoh berikut:
1.    Merah, besar, banyak dan sebagainya
2.    Terbagus, terbaik, tertinggi dan sebagainya
3.    Dermawan, budiman dan sebagainya
Berdasarkan bentuknya, kata keadaan atau kata sifat dibagi menjadi dua jenis:
1.       kata sifat bentuk dasar
Contoh: adil, aman, damai, manis.
2.       kata sifat bentuk turuan
Contoh:terhormat,kemalu-maluan, jasmaniah, positif.
Ciri-ciri kata keadaan atau kata sifat :
1.       Dapat diberi keterangan pembanding, seperti: lebih, kurang, palin.
Contoh: lebih besar, kurang paham, paling pandai.
2.       dapat diberi keterangan penguat, seperti:sangat, sekali, terlalu.
Contoh: sangat bagus, murah sekali, terlalu mahal.
3.       dapat di ingkari dengan kata ingkar; tidak
Contoh: tidak malas, tidak putih.
4.       dapat diulang dengan awalan se- dan akhiran –nya.
Contoh: sebaik-baiknya, secepat-cepatnya, 
5.       pada kata tertentu ditandai oleh akhiran -I, wi, iah, if.
Contoh: insani, manusiawi, alamiah, progesif.

      Dari sumber lain dijelaskan Kata sifat ialah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan sesuatu, misalnya keadaan orang, binatang, benda. Kata sifat berfungsi sebagai predikat.          Suatu kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata sifat apabila memenuhi persyaratan berikut.
(1)   Dapat diawali dengan kata sangat, paling dan diakhiri dengan kata sekali.
       Contoh: indah (sangat indah/indah sekali)
baik (sangat baik/baik sekali)
tinggi (sangat tinggi/tinggi sekali)
(2)   Dapat diberi awalan se- dan ter-.
Contoh:    luas (seluas/terluas)
bodoh (sebodoh/terbodoh)
mudah (semudah/termudah)
buruk (seburuk/terburuk)
baik (sebaik/terbaik)
(3)  Dapat diingkari dengan kata tidak.
Contoh:       murah (tidak murah)
sulit (tidak sulit)
pahit (tidak pahit)

Jenis-jenis kata adjektif

Kata adjektif terbahagi kepada 9 subgolongan:

1.    sifat

      menerangkan sifat keadaan atau seseorang
      contoh: baik, cerdik, berani, lemah, kukuh, kemas, kejap, secantik, terkuat

2.    warna

      contoh: merah, jingga, ungu, putih, hitam, kuning langsat

3.    ukuran

      contoh: pendek, panjang, tebal, nipis, dalam, besar, sebesar, ternipis

4.    bentuk

      contoh: bujur, lurus,

5.    waktu

      contoh: lama, lambat, lewat, segera, suntuk, lampau, lalu, silam

6.    jarak

      contoh: dekat, hampir, jauh

7.    cara

      contoh: selalu, jarang, kadang kadang, kerap, lambat, deras, laju, jelas, muram, lincah

8.    pancaindera

·           rasa: sedap, lazat, manis, pahit, lemak, pedas, payau
·           pandang: buruk, hodoh, jelita, cantik, tampan
·           dengar:bising, sunyi, senyap
·           bau: busuk, wangi, hangit, hapak
·           sentuh: kesat, kasar, lembab, halus, licin

9.    perasaan

      contoh: takut, seram, benci, rindu, marah, senang, sayang, gembira

 

Pangka- pangkat adjektif

Pangkat pangkat atau tahap adjektif ada empat:

 

1.    Pangkat biasa

      Ia dinyatakan dengan menggunakan kata adjektif biasa. Contoh:
·           Baju dia cantik.
·           Buah betik itu manis.

2.    Pangkat perbandingan

      Ia merupakan perbandingan sama, lebih atau kurang. Contoh:
·           Tenaganya sekuat Badang.
·           Buah jambu itu semanis gula.

3.    Pangkat menyangat

      Ia menerangkan adjektif yang keterlaluan seperti sangat, amat, benar-benar dan sebagainya. Contoh:
·           Cuaca hari ini sangat mendung.
·           Buah rambutan ini terlalu masak.

4.    Pangkat penghabisan

      Ia menerangkan adjektif paling atau penghabisan. Contoh:
·           Gunung Kinabalu adalah gunung yang paling tinggi di Malaysia.
·           Menara KLCC bangunan yang tertinggi di Malaysia.

E.   Kata Keterangan (adverbia)
                Kata Keterangan (adverbia) adalah kata-kata yang memberikan keterangan/ menerangkan kepada selain kata benda, seperti contoh berikut:
1.   Kata keterangan waktu: besok, nanti, tiba-tiba, baru, kelak, sedang, dan sebagainya
2.    Kata keterangan tempat: sini,situ, sana, mana.
3.   Kata keterangan kesungguhan:
a.    tentu, pasti, sebenarnya, niscaya, dapat, tidak
b.    barangkali, kalau-kalu, mungkin, entah
c.    mudah-mudahan, moga-moga.
d.    mari, hendaknya.
e.    bukan, tidak mustahil, masa.
f.      ya, betul, sungguh, bukan.

4.    Kata keterangan keadaan:
a.     berjalan cepat
b.     membumbung tinggi
c.     berlari bersama-sama dansebagainya
      5.    Kata keterangan tekanan:
a.    yang berupa akhiran tekanan, lah, kah, tah, pun, maukah, janganlah, adapun, dan sebagainya .
b.    yang berupa kata: gerangan, pula,juga.
             Kata bilangan dapat dibedakan atas:
             1.    kata bilangan bentuk dasar
                   contoh: sangat, hanya, lebih segera.
             2.    kata bilangan bentuk turunan
                   contoh: diam-diam, stinggi-tingginya, alangkah, sebaiknya, habis-habisan.

       Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat. Berikut adalah macam-macam adverbia.
(1)   Adverbia dasar bebas, misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya,tidak, paling, pernah, pula, saja, saling.
(2)   Adverbia turunan terbagi atas 3 bentuk berikut.
(a) Adverbia reduplikasi, misalnya ; agak-agak, lagi-lagi, lebih-lebih,paling-paling.
(b) Adverbia gabungan, misalnya : belum boleh, belum pernah, atau tidakmungkin.
(c) Adverbia yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau,agaknya, harusnya, sebaiknya, sebenarnya,  secepat-cepatnya.

F.  Kata Sandang
      Artikula atau Kata Sandang adalah kata yang fungsinya sebagai penentu bagi kata benda. kata sandang dan  memiliki arti tapi menjelaskan nomina, contohnya adalah si, sang, dan kaum, hang. Kata sandang bisa digunakan untuk mendampingi kata benda dasar, nomina yang terbentuk dari verba, pronomina, atau verba pasif.
Kata Sandang berfungsi :
1.    menjadikan kata bersifat kata benda
2.    memberi ketentuan kepada kata benda. seperti kata berikut: Si (tunggal), para (jamak), sang,  bang, dang, yang, dan sejenisnya.

G. Kata Bilangan (numeralia)
Kata Bilangan (numeralia) yaitu kata penunjuk angka atau tingkatan. Kata bilangan dibagi menjadi dua yaitu:
1. a.   kata bilangan utama: satu, sepuluh, seratus dan sebagainya
    b.   kata bilangan tak tentu: sedikit, banyak, beberapa.
    c.   kata bantu bilangan: orang, ekor, buah, butir, helai, pucuk, batang, kuntum, tangkai, dan sebagainya.
2.    Kata bilangan tingkat:kedua, ketiga, keempat dan seterusnya.
Kata bilangan atau numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang, dan benda.
       Contoh:       Ibu membeli gelas selusin.
      Ia mendapat peringkat pertama di kelasnya.
      Bapak Bardi memiliki dua puluh ekor kambing.
      Sepertiga dari harta warisan itu disumbangkan ke panti asuhan.
H.. Kata Tugas
             Kata tugas dapat dirinci menjadi empat jenis kata, yaitu (1) kata depan,(2) kata sambung, (3) kata sandang, (4) kata seru, dan (5) partikel.
(1)   Kata Depan (Preposisi) Kata depan adalah kata yang menghubungkan dua kata atau dua kalimat.
       Contoh:      di (sebelah) utara = menunjuk arah
ke timur = menunjuk arah
dari pasar = menunjuk tempat
pada hari senin = menunjuk waktu
(2)   Kata Sambung (Konjungsi)
Kata sambung adalah kata yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata; frasa dengan frasa, klausa dengan klausa.
       Contoh :           adik dan kakak
makan atau minum
tidak makan, tetapi minum
ia tidak naik kelas karena bodoh
Adi meletakkan tasnya, lalu ia membuka seragamnya.
(3)   Kata Sandang (Artikula)
       Kata sandang adalah kata tugas yang membatasi makna nomina.
       Contoh:      sang guru (sang bermakna tunggal)
para pemimpin (para bermakna jamak)
si cantik (si bermakna netral)
(4)   Kata Seru (Interjeksi)
       Kata seru adalah tugas yang digunakan untuk mengungkapkan seruan hati.
       Contoh:      Aduh, kakiku sakit sekali.
Astaga, mengapa kamu berani mencuri ?
Ayo, jangan putus asa.
Wah, mahal sekali!” kata adik.
Kata yang dicetak miring adalah kata seru. Contoh lain kata seru adalah
hai, nah, oh, celaka, gila, Masya Allah, dan Alhamdulillah.

(5)   Partikel
Partikel adalah kategori atau unsur yang bertugas memulai,mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi. Unsur ini digunakan dalam kalimat tanya, perintah, dan pernyataan (berita).
       Contoh partikel: -lah, -kah, -tah, -deh, -dong, -kek, dan -pun

H.  Kata Sambung atau kata Penghubung (Konjungsi)

Kata Sambung atau kata penghubung (Konjungsi) adalah partikel yang menggabungkan kata dengan kata, frase dengan frase atau kalimat dengan kalimat. macam kata penghubung sebagai berikut:


No

Jenis hubungan

Macam Kata Penghubung

1

Penggabungan

Dan, lagi, lagi, pula, serta, juga

2

Pemilihan

Atau, baik … maupun…, entah…

3

Penjelasan

Bahwa, yakni, adalah, ialah

4

Pertentangan

Tetapi, sedangkan, melainkan, padahal

5

Waktu permulaan

Semenjak, sedari

6

Waktu bersamaan

Sewaktu,tatkala,seraya,selagi,sementara,selama,sambil, ketika

7

Waktu berurutan

Sebelum,setelah,sesudah,seusai,begitu,sehabis, lalu, ke-mudian

8

Tujuan

Agar, supaya, biar

9

Penyebab

Sebab, karena

10

Pengakibatan

Sehingga, asampai, sampai-sampai

11

Syarat

Jika,asal,andaikata,asalkan,jikalu,seandainya

12

Pembandingan

Seperti, bagaikan, bagai, seakan-akan, ibarat,lasana, sebagaimana, daripada,alih-alih

13

Tingkat

Semakin…,kian…, bertambah ….

14

Perlawanan/konsensif

Meskipun,biarpun,bagaimanapun,sekalipun

15

Cara

Dengan,tanpa

16

Pengantar kalimat

Adapun

17

Kemiripan

Seakan-akan, seolah-olah

18

alat

Dengan, cara

Adapun sesuai dengan fungsinya kata penghubung dibedakan sebagai berikut:                       

1.    Konjungsi Koordinatif

   Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau Lebih dan kedua unsur tersebut memiliki status sintaktis (pembentukan kalimat) yang sama. Yang termasuk dalam kategori konjungsi koordinatif adalah:  
      1)   aditif (penambahan)                :  misalnya dan ,serta;
      2)   alternatif   (pemilihan)             :  misalnya atau ;
      3)   konsesif    (penantangan)        :  misalnya tetapi ,namun ,kecuali ,melainkan ;
      4)   intensitaf   (penyangatan)        :  misalnya bahkan ,malah[an],justru;
      5)   perturutan                              :  misalnya jadi ,maka ,lalu ,kemudian .

2.      Konjungsi subordinatif

      Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa Atau lebih,  dan klausa-klausa tersebut tidak memiliki status sintaktis yang sama.  Salah satu dari klausa tersebut merupakan anak  kalimat Dari kalimat induknya. Konjungsi subordinatif dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.    temporal        (kewaktuan)    : misalnya ketika ,tetkala ,sesudah ,sebelum ,sejak;
2.    kausal           (penyebaban)     : misalnya sebab ,karena ,lantaran ;
3.    konsekutif      (pengakibatan)   : misalnya akibat ,sehingga sampai –sampai ;
4.    final               (tujuan)             : misalnya agar ,supaya ;
5.    kondisional    (persyaratan)     : misalnya kalau apabila, jika,seandainya ;
6.    inkondisional  (takbersyarat)    :     misalnya walaupun, meskipun, kendatipun, biarpun, betapapun.  
7.    komparatif     (pemiripan)        :  misalnya bagai ,laksana ,seakan-akan ;
8.    penjelasan                             :  misalnya bahwa ;
9.    cara                                      :  misalnya dengan ;
10.    sirkumstansial (keadaan)      :  misalnya sambil ,seraya, sembari.

3.    Konjungsi Korelatif

       konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frase, atau klausa; dan kedua unsur tersebut memiliki status sentaksis yang sama. konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frase ,atau klausa yang dihubungkan. yang termasuk dalam    kategori konjungsi korelatif antara lain :
1)   baik … maupun…. ;                                                             5)         entah … entah ….;
2)   tidak hanya … tetapi juga ….;                                               6)         apa [kah]… atau ….;
      3)    bukan … melainkan ….;                                                                  7)         jangankan …,…pun …. 
      4)     demikian [rupa ]…sehingga ….;
           

4.   Konjungsi Intrakalimat

      Konjungsi Intrakalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kata dengan kata/bagian kalimat.berikut  contoh penggunaan kata penghubung dalam kalimat.

1)       Menyatakan akibat
      Andi tidak masuk sekolah selama dua minggu sehingga tidak boleh mengikuti ujian 
2)       Menyatakan waktu   
      Novi  tidak ada dirumah  ketika  dimas datang
3)       Menyatakan sebab
      Rama berhasil menjadi juara kelas karena rajin belajar
4)       Menyatakan pertentangan
      Sebenarnya hendi baik hatinya tetapi keras wataknya
5)       Menyatakan Tujuan
      Salsa harus rajin belajar agar menjadi juara kelas

      5.   Konjungsi Antarkalimat

            Konjungsi  Antarkalimat   adalah konjungsi yang menghubungkan satu kalima  dengan   kalimat yang lain. Konjungsi ini selalu mengawali kalimat yang kedua. Misalnya;

1)     Biarpun demikian 
                 Andi tidak masuk sekolah selama dua minggu sehingga tidak boleh mengikuti ujian 
2)     Sesudah itu   
                 Novi  tidak ada dirumah  ketika  dimas dating
             3)   Selanjutnya
                 Rama berhasil menjadi juara kelas karena rajin belajar
4)       Sebaliknya
                 Sebenarnya hendi baik hatinya tetapi keras wataknya
5)     Bahwasanya
                 Salsa harus rajin belajar agar menjadi juara kelas
6)     Bahkan
MOSBA tahun ini  Dimas tidak hanya mendapatkan nilai memuaskan bahkan dinobatkan sebagai peserta terbaik.
6)        Kecuali itu
7)        Dengan demikian
8)        Oleh karena itu
9)        Sebelum itu dsb.

      6.    Konjungsi Antarkalimat

Konjungsi Antarparagraf adalah konjungsi yang menghubungkan dua   kalimat dan memulai kalimat yang lain (kalimat baru). Pada umumnya memulai paragraph baru.  Misalnya;

1)        Adapun
2)        Akan hal
3)        Mengenal
4)        Alkisah dsb.

I.    Kata Seru (interjeksi)
            Kata Seru (interjeksi) adalah kata yang mengungkapkan perasan atau emosi. Kata seru ini mengacu pada nada yang diikuti oleh sikap dan digunakan untuk memperkuat rasa kagum, sedih, heran serta jengkel. kata ini sebenarnya kalimat yang terdiri satu kata, sebab sudah jelas menyatakan satu maksud. seperti kata berikut:
      1.  ah, aduh, aduhai, amboi (bernada positif)
      2.  ya, halo                                     (bernada netral)
      3.  Kasihan, sayang                        (bernada merendah)
      4.   gih, cis, wah                              bernada negatif)
5.       Insya Allah, masya Allah            (bernada baik)
6.       ai, lho,                                      bernada keheranan)

J.   Kata Depan
             Kata Depan yaitu kata yang menghubungkan kata benda dengan kata yang lain serta menentukan sekali sifat perhubungannya.  kata yang fungsinya atau menurut letak penulisannya berada didepan untuk mendukung kata yang lain. Seperti berikut ini:
      1. Penanda peruntukan          : bagi, untuk, buat, guna.
      2. Penanda asal                    : dari
      3. Penanda keberadaan          : di
      4. Penanda arah menuju         : ke, kepada, terhadap.
      5. Penanda cara                 : dengan.
      6. Penanda ihwal                   : tentang.
      7. Penanda pelaku                 : oleh
      8. Penanda perbandingan       : daripada, bagai.
         Ada pula kata depan di tentukan sebagai berikut:
      1.    Kata depan sejati                  : di, ke, dari
      2.    Kata depan Majemuk             : diatas, kesana, darimana
      3.    Digabung dengan kelas kata : diatas, ke atas, dari atas dan sebagainya

 

Penggunaan Kata Depan 'dari' dan 'daripada'

 

Kata depan 'dari' dan 'daripada' sering membingungkan, dan karena itu, tidak sedikit orang yang menggunakan kata-kata itu secara tidak tepat. Berikut ini kami berikan beberapa contoh penggunaan kata tersebut dan penjelasannya secara singkat.
Kata 'dari' digunakan untuk menyatakan asal suatu benda, sedangkan 'daripada' digunakan untuk menyatakan perbandingan. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
·         Mari kita cerna dengan baik semua usulan dari para peserta. (benar)
·         Mari kita cerna dengan baik semua usulan daripada para peserta. (salah)
·         Rumah itu lebih besar daripada yang aku bayangkan. (benar)
·         Rumah itu lebih besar dari yang aku bayangkan. (salah)
·         Banyak mendengar lebih baik daripada banyak bicara. (benar)
·         Banyak mendengar lebih baik dari banyak bicara. (salah)

 

Penulisan Kata 'di' dan 'ke'


Perhatikan penulisan kata di berikut ini!
1. Buku saya dibawa oleh Andi.
2. Barang-barang ini tidak dijual di toko.

Penjelasan:
1. Kata dibawa pada kalimat nomor 1 ditulis serangkai karena di merupakan imbuhan.
2. Kata di toko pada kalimat nomor 2 ditulis terpisah karena di merupakan kata depan.

Kata di merupakan kata depan apabila ia menyatakan tempat, dan di merupakan imbuhan apabila ia menyatakan pekerjaan.

Kata ke juga ditulis terpisah apabila ia berfungsi sebagai kata depan (yang menyatakan arah tempat), dan ditulis serangkai apabila sebagai imbuhan (tidak menyatakan arah tempat). Perhatikan contoh berikut ini.
1. Orang desa beramai-ramai pergi ke kota.
2. Dia telah diangkat menjadi ketua.

 


Klasifikasi Kata Berdasarkan Bentuk Kata

       Dari segi bentuknya, kata dapat dibedakan atas empat macam, yaitu (1) Kata Dasar  (2) Kata Turunan  (3) Kata Ulang (4) Kata Majemuk

1.    Kata Dasar
      
       Kata dasar adalah kata yang tidak berimbuhan atau yang belum diberikan awalan, akhiran, sisipan, dan penggabungan awalan akhiran.
       Kata-kata seperti baik, getar, kerja, sakit, gunung disebut sebagai kata dasar karena kata-kata itu tidak berimbuhan atau belum diberi imbuhan. Jika katakata itu diberi imbuhan, hasilnya antara lain terbaik, getaran, pekerja, kesakitan,dan pegunungan. Jika sudah mengalami penambahan atau pengimbuhan,kata tersebut sudah dikategorikan ke dalam kata turunan.

2.    Kata Turunan
       Sebuah kata dapat menyampaikan beberapa pengertian melalui bentukan-bentukannya. Dari satu kata pula, kita dapat membuat atau mengembangkannya menjadi beberapa kata turunan. Dari kata turunan tersebut, kita dapat mengungkapkan satu bahkan beberapa ide/perasaan. Pemekaran kata dengan memberi imbuhan itu pun akan membuat katakata tersebut mengalami perubahan jenis atau kelas katanya. Coba Anda amati kata satu termasuk kata bilangan/numeralia yang berarti “bilangan asli pertama”. Kata satu diberi awalan ber- menjadi bersatu. Kata tersebut mengalami perubahan arti, meskipun masih memiliki arti dasar yang tetap,yaitu “satu”, bersatu artinya berkumpul atau bergabung menjadi satu. Kata bersatu bukan merupakan kelas kata bilangan lagi, tetapi termasuk kelas kata kerja.
Bagaimana pengimbuhannya?
Anda telah melihat bahwa dari satu kata (misalnya satu) dapat kita bentuk belasan kata turunannya. Bentuk berimbuhan tersebut menunjukkan pertalian yang teratur antara bentuk dan maknanya. Hal ini dapat berlaku pula pada kata-kata yang lainnya. Perhatikan tabel berikut dengan cermat.
Kata Asal
Verba
Pelaku
Proses
Hal/Tempat
Perbuatan
Hasil
Asuh
pengasuh
pengasuhan
-
mengasuh
asuhan
baca
pembaca
pembacaan
-
membaca
bacaan
Bangun
pembangun
pembangunan
-
membangun
bangunan
Buat
pembuat
pembuatan
perbuatan
membuat
buatan
Cetak
pencetak
Pencetakan
percetakan
mencetak
cetakan
Edar
pengedar
pengedaran
pengedaran
mengedar
edaran
Potong
pemotong
pemotongan
perpotongan
Memotong
potongan
Sapu
penyapu
Penyapuan
persapuan
menyapu
sapuan
Tulis
penulis
penulisan
-
menulis
tulisan
Ukir
pengukir
pengukiran
-
mengukir
ukiran
impor
pengimpor
pengimporan
-
mengimpor
imporan


F.    Pemakaian Kata , Frasa, dan Kalimat yang Kurang Tepat
             Dalam kegiatan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan,adakalanya pemakai bahasa tidak cermat memilih kata yang dituangkannya di dalam kalimat. Akibatnya, kalimat yang diungkapkan tidak tepat atau tidak sesuai dengan kaidah yang benar. Kesalahan itu dapat terjadi pada penggunaan bentuk kata (proses morfologi), pemakaian kelompok kata (frasa), pemilihan ungkapan, atau keefektifan kalimat. Dalam bentuk lisan, kesalahan itu terjadi disebabkan oleh hal-hal berikut.
1.    Kesalahan penggunaan imbuhan (bentuk kata).
       Contoh :
a.   Pintu masuk SMK 3 akan diperlebarkan. (salah) Pintu masuk SMK 3 akan dilebarkan atau Pintu  masuk SMK 3 akan diperlebar. (benar)
       b.   Jangan dibiasakan mengenyampingkan masalah itu. (salah) Jangan dibiasakan mengesampingkan masalah itu. (benar)
       c.   Rudi sedang mencat pagar rumahnya. (salah) Rudi sedang mengecat pagar rumahnya. (benar)
2.    Ketidaktepatan pemakaian frasa (kelompok kata).
       Contoh :
a.   Untuk sementara waktu, siswa tidak bisa praktik karena ruangan sedang direnovasi. (salah) Untuk sementara siswa tidak bisa praktik karena ruangan sedang direnovasi. (benar)
b.   Bus Parahiyangan sudah dinyatakan laik darat. (salah) Bus Parahiyangan sudah dinyatakan laik jalan. (benar)
3.    Kesalahan kalimat
a.   Di dalam darah orang itu mengandung virus HIV. (salah) Darah orang itu mengandung virus HIV. (benar)
b.   Untuk peningkatan mutu pendidikan dari sekolah swasta dimana memerlukan ketekunan dan keuletan para pamong. (salah) Untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah swasta diperlukan ketekunan dan keuletan para pamongnya. (benar)
Kesalahan juga banyak terjadi akibat penggunaan bentukan kata atau frasa yang baru yang tidak lazim atau tidak benar secara kaidah bahasa. Ketidaktepatan bentukan kata atau frasa juga dapat disebabkan kesalahan secara analogi atau paradigma. Perhatikanlah contoh di bawah ini.
a.   pertanggungan jawab dalam kalimat “Laporan pertanggungan jawab gubernur telah diterima sebagian besar anggota dewan.” (tidak tepat secara kaidah/tidak lazim) seharusnya pertanggungjawaban.
b.   goreng pisang dalam kalimat “Ia membeli goreng pisang untuk adiknya.” (tidak tepat secara kaidah/tidak lazim ) seharusnya pisang goreng.
c.   pengangguran dalam kalimat “Ia menjadi pengangguran setelah perusahaannya bangkrut.” (salah secara analogi) seharusnya penganggur dari kata menganggur (verba)-penganggur (nomina)-pengangguran (nomina proses)
d.   ruang rokok untuk ruang khusus merokok (tidak lazim) meskipun dianalogikan kepada ruang tunggu untuk ruang khusus menunggu.
e.   Bentuk kata pemelajaran, tidak tepat secara analogi, sebab kata tersebut berasal dari kata belajar yang diberi imbuhan pe-an, seperti kata berhenti menjadi pemberhentian.
f.    Kata penglepasan, pada kalimat “ Penglepasan siswa kelas XII dimeriahkan dengan kegiatan pentas seni dari siswa-siswi.” Tidak tepat secara analogi, sebab kata dasarnya lepas, jika diberi imbuhan pe-an, menjadi pelepasan.
Untuk membuat kalimat yang cermat, kita harus memahami ciri kalimat efektif. Kalimat yang baik atau efektif mempunyai ciri-ciri seperti berikut.
a.   Kepadanan
      −   Memiliki S dan P dengan jelas. (di depan S tidak boleh ada kata depan dan di depan P tidak boleh ada kata penghubung yang)
Contoh:
(1) Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (benar)
(2) Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (salah)
      −    Tidak terdapat S ganda.
Contoh:
(1) Dia pulang setelah dia membeli berbagai kebutuhan. (salah)
(2) Dia pulang setelah membeli berbagai kebutuhan. (benar)
−    Kata penghubung intra kalimat tidak dipakai dalam kalimat tunggal.
Contoh:
(1) Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. (salah)
(2) Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. (benar)

b.   Keparalelan
Persamaan bentuk kata digunakan dalam kalimat yang mengandung rincian.
Contoh:
(1) Harga minyak dibekukan dan dinaikkan secara bertahap (benar)
(2) Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara bertahap.
c.   Kehematan
Kehematan menggunakan kata atau frasa
−    Menghindarkan penjamakan bentuk jamak
Contoh:
(1) Para tamu-tamu mencicipi hidangan yang disediakan. (salah)
(2) Para tamu mencicipi hidangan yang disediakan. (benar)
−    Penggunaan kata-kata yang berlebihan.
Contoh:
(1) Ia memakai baju warna merah. (salah)
(2) Ia memakai baju merah. (benar)
d.   Kepaduan (tegas dan lugas)
−    Hindarkan kalimat bertele-tele.
Contoh:
(1)   Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita,orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak ke luar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab. (salah)
(2)   Kita harus dapat mengembalikan kepribadian kita yang sudah ke luar dari rasa kemanusiaan dan dari kepribadian manusia Indonesia yang adil dan beradab.
e.   Kecermatan
Kecermatan pemakaian kata, penulisan kata, penggunaan tanda baca.
Contoh : Dua puluh lima ribuan.
Bisa diartikan dua puluh lima lemar uang ribuan (Rp 25.000,-) Atau Dua puluh lembar uang, lima ribuan.





























A.   Memahami Kata  Ulang

      Kata   Ulang  adalah  kata  yang  mempunyai    bentuk  dasar yang   diulang.
      Contoh: a.   Kedua  sahabat  itu  selalu tolong  -menolong.
                  b.    Murid-murid masuk  dua-dua  ke dalam  kelas.
                  c.      Orang  itu  mondar-mandir  sejak tadi.
Makna kata ulang yang digaris bahwah tidak selalu bermakna sama tetapi tergantung dari bentuk pengulang dan kalimatnya.
      Makna kata ulang  diantaranya sebagai berikut:
      a.      Banyak tak tentu .
            Contoh :   Kuda – kuda itu  berkejar –kejaran
                           Buku-buku  itu  telah  kusimpan  dalam lemari
      b.   Bermacam-macam.
            Contoh:  Pohon-pohonan , tanam-tanamn
      c.      Menyerupai
            Contoh:  Anak-anakan, kuda-kuda
      d.   Agak
            Contoh:  Kemerah-merahan, pusing-pusing.
      e.       Intensitas.
            Contoh:  Kuat-kuat  {kualitatif},rumah-rumah  [kuantitatif]
      f.       Mondar-mandir  [frekuentatif] Saling  atau  berbalasan
            Contoh:  berpukul-pukulan, bersalam-salaman
      g.      Kolektif  atau himpunan (kumpulan)
            Contoh:  dua-dua,lima-lima
      Semua  kata ulang tersebut memiliki bentuk yang tidak sama.
B.   Fungsi kata ulang
1.    Menyatakan banyak: rumah-rumah, pemuda-pemuda, makanan-makanan.
2.    Menyatakan seperti; kuda-kudaan, anak-anakan, mobil-mobilan.
3.    Menyatakan berulang-ulang: menggaruk-nggaruk, memukul-mukul.
4.    Menyatakan saling: tikam-menikan, pukul-memukul, tukar-menukar.
5.    Menyatakan sangat; kuat-kuat, erat-erat, sekeras-kerasnya.
6.    Menyatakan agak: kekuning-kuningan, kemerah-merahan.
7.    Menyatakan meskipun: mentah-mentah, panas-panas.
C.   Konsep Makna Perulangan
      a.      Meyatakan banyak tak tentu ( indefinitif) :
            Contoh: buku-buku,gunung-gunung,gagasan-gagasan,dan sebagainya.
      b.      Menyatakan banyak dan bermacam-macam :
            Contoh: bebuahan,pepohonan,sayur-mayur,lauk-pauk,dan sebagainya.
      c.      Menyatakan intensitas frekuentatif :
            Contoh: memukul-mukul,menarik-narik,berteriak-teriak,dan sebagainya.
      d.      Menyatakan intensitas kualitatif :
            Contoh: sungguh-sungguh,benar-benar,dan sebagainya.
D.   Membentuk Kata Ulang
Pembentukan kata ulang dapat dilakukan dengan menggunakan dasar yang bermacam-macam.
      a.    Kata benda     : anak-anak, batu-batuan, sayur-mayur, dsb.
b.   Kata kerja      :  mendorong-dorong, bergandeng-gandengan,balas-membalas, dsb.
      c.   Kata sifat       : ramah-ramah, membesar-besarkan, kehitam-hitaman, dsb.
      d.   Kata bilangan : satu-satu, kedua-duanya, bertiga-tiga, dsb.
      e.   Kata ganti       : kami-kami, mereka-mereka, kita-kita, dsb.
E.   Bentuk-Bentuk Kata Ulang
1.  Kata ulang utuh (murni = sempurna =sejati) :
            Contoh: anak-anak, gagasan-gagasan, perkebunan-perkebunan, kemampuan-kemampuan, sopan-sopan,mandi-mandi,makan-makan, dsb.
2.  Kata ulang sebagian :
             Contoh: berjalan-jalan, menimbang-nimbang, tertawa-tawa, bersalam-salaman, kedua-duanya, dsb.
      3.   Kata ulang berimbuhan :
            Contoh: tembak-menembak,dorong-mendorong,gigi-gerigi,gunung-gemunung,  anak- anakan, kuda-kudaan,dan sebagainya.
      4.    Kata ulang dwipurwa :
            Contoh: sesama, tetangga, tetumbuhan, pepohonan, rerumputan,dan sebagainya.
      5.    Kata ulang berubah bunyi :
            Contoh: mondar-mandir,sayur-mayur,corat-coret,segar-bugar,dan sebagainya.
      6.    Kata ulang semu :
            Contoh; laba-laba,agar-agar,kura-kura,hati-hati,kupu-kupu, dsb.                
F.      Jenis-jenis Kata Ulang
      a.    Kata ulang kata benda :
             Contoh: batu-batu, batu-batuan, bebatuan, kebutuhan-kebutuhan, pegunungan-pegunungan, sayur-mayur, lauk-pauk,gagasan-gagasan,dsb.
      b.    Kata ulang kata kerja :
          Contoh: minum-minum,berjalan-jalan, memburu-buru, mondar-mandir, bersalam-salaman, membanding- bandingkan,dsb.
      c.    Kata ulang kata sifat  :
            Contoh: cantik-cantik,indah-indah,compang-camping,rajin-rajin,dan sebagainya.
      d.    Kata ulang kata ganti :
          Contoh: kami-kami,mereka-mereka,kita-kita,aku-aku, dsb.
      e.    Kata ulang kata bilangan :
            Contoh: satu-satu,dua-dua,sepuluh-sepuluh,dsb.
      f.    Kata ulang kata keterangan:
            Contoh: sungguh-sungguh,benar-benar,tergesa-gesa,dan sebagainya.




A.   Pengertian.
   Kata serapan adalah kata atau istilah yang diambil dari bahasa daerah atau bahasa asing, baik berupa bentuk dasar maupun bentuk turunan.
      Untuk melengkapi atau  memperkaya perbendaharaan kosa kata, bahasa Indonesia, diperkaya juga kosa kata dari bahasa asing. Ada beberapa cara menyerap bahasa asing yang lzim ditempuh yaitu:
      1.    Adopsi
       Jika pemakaian bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing itu sama atau secara keseluruhan, baik tulisan maupun maknanya.
Misalnya:          Plaza    : pusat prtokoan
                        Amputasi : pemotongan anggota tubuh
      2.    Adaptasi
       Jika pemakain hanya mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau cara penulisannya disesuaikan dengan ejaan  bahasa Indonesia. Misalnya : maksimal, kado (maximal dari bahasa belanda dan cadeu dari bahasa prancis), dan sebagainya.
      3.    Terjemahan
       Jika pemakaian bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut dicari padanannya dalam bahasa Indonesia.
Misalnya: tumpang tindih, proyek rintisan, ujicoba (dari bahasa inggris overlap, pilotproject,dan try out)
      4.    Kreasi
       pada umumnya mirip dengan cara terjemahan, namun cara kreasi itu tidak menurut bentuk fisik yang mirip seperti pada terjemahan.
Misalnya: berhasil guna = effective,  ulang alik = shuttle, suku cadang = spareparts.

B.   Pertimbangan yang harus diperhatikan saat pengambilan kata serapan.
1.    Istilah serapan yang dipilih lebih cocok karena konotasinya.
2.    lebih singkat jika dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya.
3.    Dapat mempermudah tercapainya kesepakatan, jika istilah Indonesia terlalu banyak sinonimnya.

C.   Kata sifat serapan bersufiks –I (wi), -lah, -is, ik, al.
      Kata sifat atau adjektiva atau kata keadaan adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang, benda, atau binatang dan yang mempunyai cirri sebagai berikut:
1.    Dapat diberi keterangan pembanding : lebih, kurang dan paling
2.    Dapat diberi keterangan penguat: sangat, amat, benar, sekali dan terlalu.
3.    dapat diingkari dengan kata ingkar tidak
4.    dapat diulang dengan prefiks se-nya.
5.    pada kata-kata tertentu dapat berakhiran: -er, -I, -(wi), -iah, -if, al, ik, dan sebagainya.

IMBUHAN ASING

      Dalam pertumbuhan bahasa Indonesia, banyak imbuhan baru atau serapan dari bahasa daerah, terutama dari bahasa-bahasa asing. Imbuhan-imbuhan tersebut sangat produktif, lebih banyak tampil dalam surat kabar-surat kabar atau karya ilmiah.
Macam-macam Imbuhan Asing dan maknanya
A.  Imbuhan asing dari bahasa Daerah
      (1)       Awalan tak       =  tidak
                Contoh: tak sadar,  tak aktif, tak sosial,dsb.
      (2)       Awalan serba =  seluruhnya/semuanya
                Contoh: serba merah, serba susah,dsb.
      (3)       Awalan tuna   =  kehilangan sesuatu, ketiadaan, cacad.
           Contoh: tuna karya, tuna wisma, tuna susila, dsb.
      (4) Awalan antar  = sekitar (dari inter)
           Contoh: antar pulau, antar kota, antar daerah, antar bangsa, dsb.               

B. Imbuhan asing dari bahasa Sanskerta
     1.   Bentuk awalan sebagai berikut:
Awalan maha = sangat/besar, pra = sebelum (= pre), swa  = sendiri, dan  dwi = dua, dsb.,
merupakan contoh awalan dari bahasa Sanskerta.
           Contoh:     (a) Para mahasiswa sedang melakukan penelitian di Gunung Merapi.
                                 (b) Zaman prasejarah manusia belum mengenal tulisan.
                           (c)  Pembanguan pertanian bertujuan menciptakan swasembada pangan.
                           (d)  Kita harus terus menjaga agar dwiwarna selalu berkibar di bumi nusantara.
                Selain itu dijumpai pula kata-kata bilangan lain: eka darma, trimurti, caturkarya, pancasila, dsb.

      2.   Bentuk akhiran dari bahasa Asing
           a.   Akhiran –wan, -man, -wati
      Akhiran –wan, -man, -wati berasal dari bahasa Sansekerta. Akhiran tersebut menunjukkan jenis kelamin.     Akhiran –wan, dan –man menyatakan  jenis kelamin laki-laki,     sedangkan –wati menunjukkan jenis kelamin wanita. Akhiran tersebut membentuk kata benda.
                Makna akhiran –wan, -man, dan –wait  adalah sebagai berikut:
                1.   Menyatakan orang yang ahli
                      Misalnya : ilmuwan, rohaniwan, dan
                       budayawan, sastrawan, dsb.
                2.   Menyatakan orang yang mata pencahariannya dalam bidang tertentu      
                      Misalnya : karyawan, wartawan, dan industriwan 
                3.   Orang yang memiliki sifat khusus
                      Misalnya : hartawan dan dermawan
                4.   Menyatakan jenis kelamin
           b.   Akhiran –i, -wi, -iah, berfungsi membentuk kata sifat berasal dari Arab. Terdapat juga akhiran –in, dan –at yang berfungsi membentuk kata benda.
                Perhatikan contoh-contoh berikut:
                1.   alami, badani, insani, hewani, artinya menyatakan ‘bersifat ….’
                2.   duniawi, manusiawi, dan surgawi, artinya menyatakan ‘bersifat….’
                3.   jasmaniah, ilmiah, harfiah, rohaniah,  artinya ‘mempunyai sifat….’   
                4.   Muslimin, mukminin, hadirin, dan muktamirin merupakan penunjuk  jamak tak tentu pria dan wanita.
                5.   muslimat, mukminat, mualimat, dan sebagainya merupakan bentuk penunjuk jamak untuk wanita.

           c.   Akhiran –er, -al, -ik, -if, -is, -isme, -isasi, -logi, dan –or. Imbuhan asing tersebut berasal dari bahasa Barat.
                Perhatikan contoh-contoh berikut:
                1.   Tuti bekerja sebagai tenaga honorer  di Bank Mandiri (bersifat honor)
                2.   Secara materiil, Tini tidak sebanding dengan Tuti (bersifat materi)
                3.   Cerita Hang Tuah termasuk cerita yang heroik (bersifat hero atau kisah kepahlawanan)
                4.   Kalau berbicara itu harus obyektif (berdasarkan objek)
                5.   Indonesia menolak anggapan Australia bahwa Indonesia tidak selektif dalam mengimpor barang. (berdasarkan seleksi)
6.   Kolonialis Belanda menjajah Indonesia  selama 350 tahun. (bersifat koloni)
7.   Kita harus memiliki semangat nasionalisme. (bersifat nasional atau kebangsaan)
8.   Sudah lima tahun Budi Harsono memimpin organisasi sosial. (hal yang bersangkut paut dengan)
9.   Bu Ida mengajar biologi di sekolah kami. (ilmu/pengetahuan tentang)





A.  Pengertian Kontruksi Idiomatik
      Kontruksi Idiomatik adalah Gabungan kata atau lebih yang sifatnya realisasinnya tetap. Artinnya unsure-unsur gabungan yang membentuk gabungan itu tidak dapat diganti dengan unsur-unsur yang lain.

 

B.  Unsur-unsur Kontruksi Idiomatik

      Ada kontruksi idiomatik;
1.

 Hemat akan
 cinta pada
 terbagi atas
 datang (di, ke, dari)

 

 disebabkan oleh
 bergantung pada
 berangkat dari
 pergi ke



 
   Unsurnya terdiri atas kata kerja atau kata sifat dan kata depan (preposisi). Yang termasuk kontruksi idiomatic tipe ini antara lain :
berbicara tentang
   berbicara mengenai
   sesuai dengan
   berunding dengan berguna bagi
   bertentangan dengan

2.    kontruksi ini lazim disebut dengan ungkapan atau Idiom yang selalu menimbulkan konsep pengertian yang baru, adapun unsur-unsur pembentuknya antara lain:
             a.    Sebelumnya perlu diketahui bahwa   (bd = benda, sf = sifat, bil = bilangan) misalnya:
                   bd  +  bd                            Kaki tangan, buah tangan
                   bd  +  sf                             meja hijau, kuda hitam
                   sf   +  bd                            ringan tangan, lemah iman
                   bd  +  kj                             hati berbunga, bintang berasap
                   kj   +  bd                            menutup mata, membanting tulang
                   kj   +  sf                             membabi buta, menganggap enteng
                   bd  +  kj  + bil                                ular berkepala dua, hatinya bercabang dua
                                                                               kj  + frase keterangan          berpindah dari dunia fana, merantau ke sudut dapur
                                                                               kj+bd+ frase keterangan      menaruh beras dalam padi, mebnarik pangkur kedada

            b.    Selain dilihat dari kontruksinya idiom juga dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu;
1)    idiom penuh adalah idiom yang yang pemaknaannya sama sekali tidak dapat diturunkan dari unsur-unsur yang membentuk idiom itu.
2)    Idiom sebagian adalah idiom yang yang pemaknaannya masih tetap bertahan  pada makna salah satu unsur pembentuknya. Perhatikan contoh berikut; 

Idiom Penuh

            Berlepas tangan            tidak ikut bertanggung jawab
            Menghapus bibir            kecewa
            Di luar garis                  tidak menurut aturan yang berlaku

Idiom Sebagian

                        mencari silang               mencari perselisihan atau pertengkaran
Koran kuning                 yang bemberitakan hal-hal yang  sensasional







Frase adalah unsur klausa atau satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Dari batasan tersebut  frase mempunyai dua sifat :
1.       Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih
2.       Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsure klausa, maksudnya frase itu selalu terdapat  dalam satu fungsi unsure klausa, yaitu S, P, O, Pel, atau Keterangan
Contoh: Kamar hotel itu , Yang sedang berjalan , Baju baru anak itu

Beberapa jenis frasa:

1.  Frasa Adverbial


      "Adverbial" berasal dari 'Adverb', yaitu kata keterangan. Adverb dan Adjektiv memiliki kesamaan. jika ditinjau dari segi filsafat bahasa, kedua kata ini diawali oleh kata 'Ad' yang memungkinkan adanya arti "Add" atau 'Penambahan'. Jika Adjective menambahkan kejelasan arti pada benda-benda, maka Adverb menambahkan kejelasan terhadap kata kerja. misalnya She is Beautiful; beautiful adalah adjective yang menambahkan kejelasan makna She. sedangkan She runs slowly; slowly merupakan adverb yang menjelaskan atau menambah kejelasan makna Runs, bukan she. meskipun yang runs adalah she,namun Adverb menjelaskan kata kerja, bukan she sebagai kata benda. tambahan '-ial' menjadi Adverbial adalah menambah kejelasan sifat suatu kata, frase atau klausa, maksud saya adalah seperti contoj ini "she runs slowly"; kalimat ini bersifat adverbial.

 

2.  Frasa Adjektiva

 

      Adjektiva (bahasa Latin: adjectivum) atau kata sifat adalah kelas kata yang mengubah nomina (kata benda) atau pronomina, biasanya dengan menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik. Adjektiva dapat menerangkan kuantitas, kecukupan, urutan, kualitas, maupun penekanan suatu kata. Contoh kata sifat antara lain adalah keras, jauh, dan kaya.

 

3.  Frasa Endosentris

 

      Frasa Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu yang disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki unsur pusat.
Contoh:
      Sejumlah mahasiswa di teras
         (S)                  (P).
      Kalimat tersebut tidak bisa jika hanya ‘Sejumlah di teras’ (salah) karena kata mahasiswa adalah unsur pusat dari subjek. Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’ adalah frasa endosentris.

Frase Endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya.
Contoh kalimat:: dua orang mahasiswa adalah frase endosentris

Frase Endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan,yaitu; 
1.       Frase Endosentrik yang koordinatif adalah frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara.
      Misalnya:    suami istri
                        Belajar atau bekerja (kesetaraannya bisa dihubungkan dengan kata penghubung dan, atau.
                                   
2.       Frase Endosentrik yang atributif adalah frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara.
      Misalnya:    pembangunan lima tahun
                        Pekaranagan luas
      Pembangunan, Pekaranagan,dan malam adalah unsure pusat (UP)
      lima tahun, luas,dan ini adalah atribut (atr)

3.       Frase Endosentrik yang apositif
      Misalnya:    ahmad, anak pak sastro
                        Yogja, kota pelajar
                        Susilo Bambang Yudoyono, presiden RI

Frasa endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga.

1.   Frasa Endosentris Koordinatif

    yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang berbeda diantara unsurnya terdapat (dapat diberi) ‘dan’ atau ‘atau’.
      Contoh:
1. rumah pekarangan
2. suami istri dua tiga (hari)
3. ayah ibu
4. pembinaan dan pembangunan
5. pembangunan dan pembaharuan
6. belajar atau bekerja.

 

2.   Frasa Endosentris Atributif

    yaitu frasa endosentris yang disamping mempunyai unsur pusat juga mempunyai unsur yang termasuk atribut. Atribut adalah bagian frasa yang bukan unsur pusat, tapi menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang bersangkutan.
      Contoh:
1. pembangunan lima tahun
2. sekolah Inpres
3. buku baru
4. orang itu
5. malam ini
6. sedang belajar
7. sangat bahagia.
    Kata-kata yang dicetak miring dalam frasa-frasa di atasseperti adalah unsur pusat, sedangkan kata-kata yang tidak dicetak miring adalah atributnya.

 

3.   Frasa Endosentris Apositif

    yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang sama. Unsur pusat yang satu sebagai aposisi bagi unsur pusat yang lain.
Contoh:
Ahmad, anak Pak Sastro, sedang belajar.
Ahmad, ... sedang belajar.
... anak Pak Sastro sedang belajar.
Unsur ‘Ahmad’ merupakan unsur pusat, sedangkan unsur ‘anak Pak Sastro’ merupakan aposisi. Contoh lain:
1. Yogya, kota pelajar
2. Indonesia, tanah airku
3. Bapak SBY, Presiden RI
4. Mamad, temanku.
    Frasa yang hanya terdiri atas satu kata tidak dapat dimasukkan ke dalalm frasa endosentris koordinatif, atributif, dan apositif, karena dasar pemilahan ketiganya adalah hubungan gramatik antara unsur yang satu dengan unsur yang lain. Jika diberi aposisi, menjadi frasa endosentris apositif. Jika diberi atribut, menjadi frasa endosentris atributif. Jika diberi unsur frasa yang kedudukannya sama, menjadi frasa endosentris koordinatif

 

4.  Frasa Ekosentris


         Frasa Eksosentris, adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai UP.
Contoh: Sejumlah mahasiswa di teras.

5.  Frasa Nominal


      `Nominal adalah lawan dari verbal. jika verbal adalah kalimat yang berpredikat "Kata Kerja" maka kalimat nominal berpredikat kata benda atau kata sifat. untuk membentuk kalimat nominal, maka unsur kalimat harus memenuhi Subjek, To Be dan komplemen. misalnya "I am Tired", I=subjek, am=To Be I dan Tired=Adjective (Passive voice verb). ini adalah contoh kalimat nominal. arti lain dari nominal adalah rangkaian angka yang menunjukkan jumlah tertentu, kemudian adapula arti nominal sebagai kualifikasi (nominasi).

 

6.  Frasa Parataktis

frasa koordinatif yang tidak mempergunakan penghubung

 

7.  Frasa Preposisional.


    Adjektiva dapat bergabung dengan preposisi dan membentuk frasa preposisional, seperti tampak pada kalimat berikut.
      (1) Jelaskan secara singkat pembagian kasus di dalam bahasa Jerman!
      (2) Nindita membaca petunjuk pemakaian obat itu dengan cermat.
      Frasa secara singkat (1) dan dengan cermat (2) tersebut merupakan frasa
    preposisional karena frasa itu ditandai oleh preposisi secara dan dengan. Frasa preposisional ini terdiri atas preposisi dan komplemen. Yang menjadi komplemen frasa  pada contoh tersebut adalah adjektiva singkat dan cermat. Dengan demikian, adjektiva yang bersifat atributif hanya dapat mewatasi inti yang berupa nomina, sedangkan jika adjektiva menjadi komplemen suatu frasa, frasa itu sebagain besar berupa frasa preposisional.

 

8.  Frasa Verbal


    Frasa Verbal, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara morfologis, UP frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata ‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Dia berlari.
Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata ‘sedang’ yang menunjukkan verba aktif.

Frase Eksosentrik
     
Frase Endosentrik digolongkan menjadi 5 golongan:
1.    Frase Nominal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal.
      Contoh:       baju baru
                        Mahasiswa baru
                        Kapal terbang itu
2.    Frase Verbal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata verbal.
      Contoh:       akan pergi
                        Sudah datang
                        Makan dan minum
3.    Frase bilangan adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata bilangan.
      Contoh:       tiga dara
                        Lima baju
                        Tiga kilogram
4.    Frase keterangan adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata keterangan.
      Contoh:       kemarin pagi
                        Tadi pagi
                        Sekarang ini
5.    Frase depan adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata depan.
      Contoh:       ke Jakarta
                        Dari desa
                        Kepada teman sejawat

Dalam buku lain juga dijelaskan;
a.    Penertian Frasa
      Frasa atau kelompok kata adalah Satuan gramatikal tang terdiri dari dua kata atau lebih,tetapi tidak melampaui batas fungsi kalimat (subjek,predikat, obyek atau keterangan).
Contoh: Ketika jalan menanjak,sopir bus tidak bias menguasai kemudi.
Penjelasan contoh:
      Kalimat tersebut disusun atas frasa:
      jalan menanjak menduduki keterangan,
      sopir bus menduduki subjek dan frasa
      tidak bisa menguasai  sebagai predikat.

Penjelasan contoh berdasarkan kata ber imbuhan:
Frasa jalan menanjak dibentuk dari unsur kata dasar jalan dan unsure kata berimbuhan menanjak
      Kata menanjak dibentuk dari imbuhan me – dan kata dasar tanjak. Dengan demikian,frasa jalan menanjak disebut frasa atribut berimbuhan,karena unsure atributnya berupa kata berimbuhan.

b.    Berdasarkan dari Imbuhan yang melekat pada unsure penjelas atau atribut, frasa dikelompokkan sebagai berikut:
1.        Frasa kerja adalah frasa yang atributnya kata kerja berimbuhan.
      Contoh: a. jalan menurun                                  b. tangga berjalan
2.        Frasa nominal adalah frasa yang atributnya kata benda berimbuhan.
      Contoh: a. karet penghapus                  b. daerah perkampungan
3.        Frasa adjektiva adalah frasa yang atributnya kata sifat berimbuhan.
      Contoh: a. orang terpelajar                               b. tamu terhormat
4.        Frasa numeralia  adalah frasa yang atributnya kata bilangan berimbuhan.
      Contoh: a. tangan kedua                                   b. juara ketiga
5.        Frasa keterangan adalah frasa yang atributnya kata keterangan berimbuhan.
      Contoh: a.  warga setempat                               b.  daerah pinggiran

 

Sumber: Pusat Bahasa





Definisi ( Pengertian ) Klausa

      Arti Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas S–P baik disertai O, PEL, dan KET maupun tidak. Dengan ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada.
Contoh:   Ketika orang-orang mulai menyukai ayam bekisar, Edwin sudah memelihara untuk dijual di pasaran.
Kalimat di atas terdiri dari empat klausa, yaitu:
1.   (ketika) orang-orang mulai     (S–P);
2.   menyukai ayam bekisar        (P–O);
3.   Edwin sudah memelihara      (S–P); dan
4.   untuk dijual di pasaran (P–Ket.).

I.    Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frasa
Perhatikan kalimat di bawah ini!
Dimas belum sempat mengunjungi kakeknya kemarin.

Klausa kalimat tersebut jika dianalisis secara fungsional, hasilnya sebagai berikut.

Dimas
Belum sempat mengunjungi
kakeknya
kemarin
S
P
O1
KET
N
V
N
Ket
Dimas
Belum sempat mengunjungi
kakeknya
kemarin
Frasa
P
O1
KET
Kata
V
N
ADV

Keterangan:
N      =    Nomina   (kata benda)
V      =    Verba      (kata kerja)
ADV =    Adverbia  (kata keterangan)

II.   Klausa Berdasarkan Struktur
      Klausa dapat digolongkan berdasarkan tiga dasar.

1.     Klausa Berdasarkan Struktur Intern
    Unsur inti klausa ialah S dan P. Namun demikian, S sering kali dihilangkan dalam kalimat luas sebagai akibat penggabungan klausa dan dalam kalimat jawaban. Klausa yang terdiri atas S dan P disebut klausa lengkap, sedangkan klausa yang tidak ber-S disebut klausa tidak lengkap.

Contoh:
-   Din tidak masuk sekolah karena din sakit.
      Subjek din dalam anak kalimat dapat dihilangkan akibat penggabungan klausa din tidak masuk sekolah dan din sakit.

-   Sedang bermain-main.
Sebagai jawaban pertanyaan Anak-anak itu sedang apa? Klausa dibagi menjadi dua macam, yaitu klausa lengkap dan klausa tidak lengkap. Klausa lengkap, berdasarkan struktur internnya, dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu klausa lengkap yang S-nya terletak di depan P, dan klausa lengkap yang S-nya terletak di belakang P. Klausa yang S-nya terletak di depan P disebut klausa lengkap susun biasa. Klausa lengkap yang S-nya terletak di belakang P disebut klausa lengkap susun balik atau klausa inversi.
Contoh:
Klausa lengkap susun biasa

S
P
Ket
a
Daun pohon itu
Sangat rimbun
-
b
Para siswa
masuklah
Ke ruang kelas
Klausa lengkap susun balik

P
S
Ket
c
Sangat rimbun
Daun pohon itu
-
d
masuklah
Para siswa
Ke ruang kelas

    Klausa tidak lengkap sudah tentu hanya terdiri atas unsur P, disertai O, PEL, atau KET.
    Contoh:
e. sedang bermain-main
f. menulis surat
g. telah berangkat ke Jakarta

    Klausa e terdiri atas P, klausa f terdiri atas P diikuti O, dan klausa g terdiri atas P diikuti KET.

2.     Klausa Berdasarkan Ada Tidaknya Kata Negatif yang secara Gramatik Menegatifkan P

a.       Klausa Positif
    Klausa positif ialah klausa yang tidak memiliki kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P.
Contoh:
-     Mereka diliputi oleh perasaan senang.
-     Mertua itu sudah dianggap sebagai ibunya.

b.       Klausa Negatif
Klausa negatif ialah klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P. Kata-katanegatif itu ialah tiada, tak, bukan, belum, dan jangan.
Contoh:
-     Orang tuanya sudah tiada.
-     Yang dicari bukan dia.

3.     Penggolongan Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frasa yang Menduduki Fungsi P
P mungkin terdiri atas kata atau frasa golongan N, V, Bil, dan FD. Berdasarkan golongan atau kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat digolongkan menjadi empat golongan.

a.       Klausa Nominal
    Klausa nominal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan N.
Contoh:
-     Ia guru.
-     Yang dibeli orang itu sepeda.
Kata golongan N ialah kata-kata yang secara gramatik mempunyai perilaku sebagai berikut.
-     Pada tataran klausa dapat menduduki fungsi S, P, dan O.
-     Pada tataran frasa tidak dapat dinegatifkan dengan kata tidak, melainkan dengan kata bukan, dapat diikuti kata itu sebagai atributnya, dan dapat mengikuti kata depan di atau pada sebagai aksisnya.

b. Klausa Verbal
Klausa verbal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan V.
Contoh:
-     Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun.
-     Dengan rajin, bapak guru memeriksa karangan murid.
Kata golongan V ialah kata yang pada tataran klausa cenderung menduduki fungsi P dan pada tataran frasa dapat dinegatifkan dengan kata tidak. Misalnya kata-kata berdiri, gugup, menoleh, berhati-hati, membaca, tidur, dan kurus.

Berdasarkan golongan kata verbal itu, klausa verbal dapat digolongkan sebagai berikut.
1)   Klausa verbal adjektif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata golongan V yang termasuk golongan kata sifat atau terdiri atas frasa golongan V yang unsur pusatnya berupa kata sifat.
Contoh:
-       Udaranya panas sekali.
-       Harga buku sangat mahal.

2)   Klausa verbal intransitif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja intransitif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja intransitif.
Contoh:
-       Burung-burung beterbangan di atas permukaan air laut.
-       Anak-anak sedang bermain-main di teras belakang.

3)   Klausa verbal aktif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja transitif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja transitif.
Contoh:
--      Arifin menghirup kopinya.
--      Ahmad sedang membaca buku novel.

4)   Klausa verbal pasif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja pasif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja pasif.
Contoh:
-- Tepat di muka pintu, aku disambut oleh seorang petugas.
-- Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh MPR untuk jangka waktu lima tahun.

5)   Klausa verbal yang refleksif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja refleksif, yaitu kata kerja yang menyatakan perbuatan yang mengenai pelaku perbuatan itu sendiri. Pada umumnya kata kerja ini berbentuk kata kerja meN- diikuti kata diri.
Contoh:
-- Anak-anak itu menyembunyikan diri.
-- Mereka sedang memanaskan diri.

6)   Klausa verbal yang resiprokal
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja resiprokal, yaitu kata kerja yang menyatakan kesalingan . Bentuknya ialah (saling) meN-, saling ber-an dengan proses pengulangan atau tidak dan saling meN-.
Contoh:
-- Pemuda dan gadis itu berpandang-pandangan.
-- Mereka saling memukul.

c.  Klausa Bilangan
      Klausa bilangan atau klausa numeral ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan bilangan.
    Contoh:   - Roda truk itu ada enam.
                            - Kerbau petani itu hanya dua ekor.
Kata bilangan ialah kata-kata yang dapat diikuti oleh kata penyukat. rang, ekor, batang, keping, buah, kodi, helai, dan masih banyak lagi. Misalnya kata satu, dua, dan seterusnya; kedua, ketiga, dan seterusnya; beberapa, setiap, dan sebagainya; sedangkan frasa bilangan ialah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan, misalnya dua ekor, tiga batang, lima buah, setiap jengkal, beberapa butir, dan sebagainya.

4.     Klausa Depan
Klausa depan atau klausa preposisional ialah klausa yang Pnya terdiri atas frasa depan, yaitu frasa yang diawali oleh kata depan sebagai penanda.
Contoh:
a.       Kredit itu untuk para pengusaha lemah.
b.       Pegawai itu ke kantor setiap hari.
    Dalam kalimat tertentu, klausa memiliki dua bagian, yakni klausa induk (induk kalimat) dan klausa subordinatif (anak kalimat). Keberadaan klausa induk dan klausa anak ini mensyaratkan konstruksi tataran sintaksis yang lebih besar.
Perhatikan contoh berikut ini!



    Penggabungan klausa induk dan klausa anak berarti klausa tersebut memasuki tahap struktur kalimat. Penghubungan antar klausa ini mensyaratkan kehadiran konjungsi (kata sambung). Dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungsi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu
a.   konjungsi koordinatif (dan, serta, atau, tetapi, . . .);
b.   konjungsi korelatif (baik . . . maupun . . .; entah . . . entah . . .; tidak hanya . . ., tetapi juga . . .; . . .);
c.   konjungsi subordinatif (sejak, karena, setelah, seperti, agar, dengan, . . . .); dan
d.   konjungsi antarkalimat (meskipun demikian begitu, kemudian, oleh karena itu, bahkan, lagi pula, . . .).
Contoh:
a.   Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.
b.   Entah disetujui entah tidak, dia tetap akan mengusulkan gagasannya.
c.   Narto harus belajar giat agar naik kelas.
d.   Kami tidak sependapat dengan dia. Kami tidak akan menghalanginya.
e.   Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami tidak akan menghalanginya.
Konjungsi-konjungsi itu dapat menghubungkan kata, frasa, ataupun klausa. Dalam hubungannya dengan kata dan frasa, bentuk konjungsi bertindak sebagai preposisi. Dalam hubungannya dengan klausa, bentuk konjungsi bertindak sebagai murni konjungsi. Dengan demikian, kalimat frasa dan klausa pun dapat diidentifikasi.
Contoh:





Klausa Ibu tidak berbelanja sebagai klausa induk dan klausa uangnya habis sebagai klausa anak. Konjungsi karena sebagai konjungsi subordinatif-sebab yang menghubungkan dua klausa atau lebih dengan status sintaksis tidak sama. Jadi, ada klausa induk dan klausa anak.


 



Flowchart: Alternate Process: I.   S E M A N T I K



Pengertian
Semantik yaitu ilmu yang mempelajari tentang arti kata. Hubungan makna antar kata dapat berwujud : sinonim, antonim, homonim, homograf, homofon, polisemi, hiponim dan hipernim (superordinat).
1.    Sinonim ialah dua kata atau lebih yang memiliki makna sama atau hampir sama.
      Contoh:
      a.    Yang sama maknanya:
             sudah - telah
             sebab - karena
      b.    Yang hampir sama maknanya
             untuk - bagi - buat - guna
             cinta - kasih - sayang
2.    Antonim adalah kata-kata yang berlawanan makna.
      Contoh:        besar x kecil
                         ibu x bapak
3.    Homonim ialah dua kata atau lebih yang ejaan dan lafalnya sama, tetapi maknanya berbeda.
      Contoh:        buku 1 : buku kaki/tangan ' tulang sendi'
                         buku 2 : buku tulis 'kitab'
4.    Homograf ialah suatu kata yang mempunyai tulisan sama, berbeda arti dan berbeda pengucapan (bunyi)
      Contoh:       Seret saja pedati yang jalannya seret itu.
5.    Homofon adalah kata-kata yang ucapannya sama, tetapi ejaan dan artinya berbeda.
      Contoh:       sangsi : tidak sangsi 'ragu-ragu, bimbang'
            sanksi : tidak ada sanksinya ' tindakan, hukuman'
6.    Polisemi yaitu kata yan mempunyai arti lebih dari satu, dan diantara arti-arti itu masih ada hubungannya.
      Misalnya: - Kakinya patah karena jatuh dari pohon.
         - Tak sedikit orang yang jatuh karena uang
         -  Ibu jatuh sakit.
         -  pertahanannya jatuh ketangan musuh
7.    Hiponim dan Hipernim
      Hiponim adalah kata-kata yang tingkatnya ada di bawah kata yang menjadi superordinat/ hipernim (kelas atas), sedangkan hipernim adalah sebaliknya.
      Contoh:
      Kata bunga merupakan superordinat/ hipernim, sedangkan mawar, melati, anggrek,flamboyan,dan sebagainya merupakan hiponimnya.

Macam-macam arti kata:
1.    Arti leksikal yaitu arti yang sesuai dengan kamus
      Misalnya:   Makan = memasukkan sesuatu kedalam mulut, kemudian mengunyah dan menelannya
2.    Arti struktural atau Gramatikal yaitu arti kata yang berhubungan dengan konteks kalimat
      Misalnya:    -  Anak itu selalu makan hati ibunya.
-  Dalam hal serupa itu dia sudah banyak makan garam.
3.    Arti Denotatif yaitu arti kata yang pemunculannya memiliki arti yang apsti atau lugas. Arti Denotatif  diperlukan dalam penyususnan tulisan ilmiah.
4.    Arti Konotatif ialah kata yang berkesanggupan untuk menimbulkan arti tambahan sebagai tafsir yang ditimbulkan secara emosional atau subjektif.

Kontaminasi (Kerancuan)

l.    Kontaminasi (Kerancuan) adalah gabungan dua kata yang sudah benar menjadi bentuk yang salah.
      Macam Kontaminasi sebagai berikut:
Kontaminasi Bentukan Kata
Kontaminasi Susunan Kata
Kontaminasi Kalimat
Perlebar       (Benar)

Lebarkan      (Benar)

Perlebarkan  (Salah)

 Berulang-ulang  (Benar)

Berkali-kali          (Benar)

Berulangkali        (Salah)
Siswa dilarang merokok                   (Benar)

Siswa tidak boleh merokok               (Benar)

Siswa dilarang tidak boleh merokok (Salah)

                                                                                                                                                      Sumber: Kosakata Bahasa Indonesia, Soedjito


Flowchart: Alternate Process: II.   PERLUASAN dan PENYEMPITAN MAKNA




      Perluasan Makna adalah perubahan makna suatu kata yang tadinya mempunyai makna khusus atau sempit, tetapi sekarang maknanya menjadi meluas. Dengan kata lain, makna suatu kata dapat dikatakan meluas jika cakupan makna sekarang lebih luas dari pada makna dahulu. Perluasan Makna kata yang dimaksud seperti pada table berikut:

No.
Makna Meluas
Dahulu
Sekarang
1.



2.


3.


4.
Bapak, ibu, saudara, kakak, adik


Berlayar


Putra-putri


kaisar
Dipakai dalam
hubungan kekeluargaan


Bila menggunakan perahu yang ada layarnya

Hanya untuk kalangan bangsawan / anak raja

Nama orang
Digunakan untuk menyebut nama orang yang sebaya (saudara) atau orang lain yang lebih tua/muda (bapak, ibu, kakak, adik) Untuk semua perjalalan laut

Bias untuk semua golongan


Sebutan raja dijepang

B.  Penyempitan Makna kata
      Penyempitan Makna adalah berubahan makana suatu kata yang cakupan makna sekarang lebih sempit dibandingkan makna dahulu. Perluasan Makna kata yang dimaksud seperti pada table berikut:

No.
Makna Menyempit
Dahulu
Sekarang
1.

2.

3.

4.
Sarjana

Pendeta

madrasah

bau
Menyebut orang pandai

Orang berilmu tinggi

sekoah

semua aroma (wangi/busuk)
Orang yang lulus dari perguruan tinggi

Terbatas pada pimpinan agama Kristen

Sekolah khusus agama Islam

Bau busuk

C.   Amelioratif
      Suatu proses perubahan arti baru dirasakan lebih tinggi nilainya dari arti semula
      Misalnya: - istri, wanita, nyonya.
D.   Peyoratif
      Suatu proses perubahan makna dimana arti baru dirasakan lebih rendah nilainya dari arti semula.
      Misalnya:    - bini, perempuan, kaki tangan
E.   Sinestasia
      Perubahan makna akibat pertukaran dua indera yang berbeda.
      Misalnya:    - kata-kata pedas
- rupanya manis
F.   Asosiasi
      Perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat.
      Misalnya:
-           Catut : alat untuk mencabut paku, kemudian berdasarkan persamaan sifat ini dipakai untuk orang yang menjual barang dengan harga tinggi.
G.   Nilai Rasa
      Disamping makna kata, suatu bentuk dapat mengandung nilai rasa tertentu.
      Misalnya:
-           Tiga belas mempunyai nilai rasa kesialan.
4.    Kata Majemuk
       Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk satu pengertian.
       Contoh:                  duta besar                                             buku sejarah baru
kereta api senja utama                           meja tulis guru
rumah makan                                        terjun payung
kereta api cepat luar biasa                      lapangan udara
rumah sakit jiwa                                     siap tempur

Contoh di atas menunjukkan bahwa kata dasar majemuk dapat sendiri dari gabungan dua kata, tiga kata, empat kata, lima kata bahkan dapat lebih. Hal yang terpenting adalah gabungan kata-kata itu harus menunjuk kepada satu arti dan tidak melebihi batas fungsi sebagai kata. Cara penulisan kata majemuk ada yang terpisah atas dua kata atau lebih, seperti contoh tadi (duta besar, rumah makan) dan ada yang ditulis serangkai (jika hubungan kedua kata sudah sangat padu).
       Contoh:             matahari                                           kacamata
       sapu tangan                                     beasiswa
       olahraga                                           antarkota

C.   Klasifikasi Kata Berdasarkan Makna Kata
       Kita sudah mempelajari proses pembentukan kata yang semua itu berpengaruh pada perubahan makna kata dari makna awalnya. Selain proses bentukan kata, makna kata juga dapat ditimbulkan oleh dua hal,yaitu hubungan referensial dan hubungan antarmakna.
1.    Makna Kata Berdasarkan Hubungan Referensial. Makna kata ini dibedakan menjadi:
      a.    Makna denotatif
Makna denotatif ialah makna yang paling dekat dengan bendanya (makna konseptual), atau kata yang mengandung arti sebenarnya.
             Contoh:      1. Bunga mawar itu dipetik Sita dan disuntingkan di rambutnya.
2. Untuk mena_ahi kedua anaknya, ia menjual sayuran di pasar.
3. Penjual menawarkan barang kepada pembeli.
4. Bajunya basah kuyup terkena keringat.

Makna detonatasi adalah makna yang sebenarnya, makna ini dapat digunakan untuk menyampaikan hal-hal yang faktual. Makna denotasi disebut juga makna lugas. Kata itu tidak mengalami penambahan-penambahan makna.
Contoh:     Andi makan roti.
Irma menulis surat di meja belajar.
Yuma minum susu.

      b.   Makna konotatif
Makna konotatif ialah makna kiasan atau diartikan makna yang cenderung lain dengan benda nyata (makna kontekstual) disebut juga makna tambahan.
             Contoh :
             1.   Ayahnya mendapat kursi sebagai anggota dewan. kursi artinya jabatan/kekuasaan
                  2.   Hatiku berbunga-bunga setelah anakku mendapat juara pertama. berbunga-bunga artinya gembira
             3.   Sekarang ia bekerja di tempat yang basah. basah artinya selalu menghasilkan uang

       Dalam pengertian lain makna konotasi berkaitan dengan cakupan makna halus dan cakupan makna kasar.
       Contoh cakupan makna halus:
1. Neneknya sudah meninggal dua hari yang lalu.
2. Istri Pak Dadang seorang perawat di rumah sakit pusat.
3. Ibunya Rosita sedang hamil lima bulan.
4. Mari kita doakan para pahlawan yang telah gugur agar arwahnya diterima oleh Allah.

Contoh cakupan makna kasar:
1. Pamannya sudah mampus seminggu yang lalu.
2. Kakakku sedang bunting, dia harus berhati-hati.
3. Bininya seorang dokter.
4. Pahlawan telah mati di medan laga.

Makna konotatif adalah makna yang bukan makna sebenarnya. Makna ini biasanya digunakan dalam konteks sindiran. Makna konotatif sebenarnya adalah makna denotasi yang mengalami penambahan.
Contoh:      Joni adalah sampah masyarakat di kampungnya.
Andi menjadi kambing hitam dalam masalah tersebut.
Anda sudah mempelajari makna denotasi dan konotasi. Sekarang asahlah
kemampuan Anda dengan mengerjakan perintah pada format berikut!

c. Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna yang bersifat tetap. Oleh karena itu, makna ini sering disebut dengan makna yang sesuai dengan kamus.
Contoh:    Makan kambing sapi
Minum buku pensil

d.     Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang berubah-ubah sesuai dengan konteks pemakainya. Kata ini sudah mengalami proses gramatikalisasi, baik pengimbuhan, pengulangan, ataupun pemajemukan
Contoh:     Berlari                   = melakukan aktivitas
Bersedih               = dalam keadaan
Bertiga                  = kumpulan
Berpegangan         = saling

e.   Makna idiomatik (ungkapan)
Secara umum ungkapan berarti gabungan kata yang memberi arti khusus atau kata-kata yang dipakai dengan arti lain dari arti yang sebenarnya. Ungkapan dapat juga diartikan makna leksikal yang dibangun dari beberapa kata, yang tidak dapat dijelaskan lagi lewat makna kata-kata pembentuknya.
      Contoh:
ringan tangan                        =  rajin bekerja, suka memukul
gerak langkah                 =  perbuatan
dipeti-eskan                          =  dibekukan atau tidak digunakan
tertangkap basah                  =  terlihat saat melakukan
gali lubang tutup lubang         =  pinjam sini, pinjam sana
banting stir                          =  mengubah haluan
jantung hati                           =  kekasih
      Ungkapan berfungsi menghidupkan, melancarkan serta mendorong perkembangan bahasa Indonesia supaya dapat mengimbangi perkembangan kebutuhan bahasa terhadap ilmu pengetahuan dan keindahan sehingga tidak membosankan. Tata bahasa ibarat kebun, ungkapan ibarat kembang-kembangnya. Dilihat dari bentuk dan prosesnya, ungkapan dapat diperinci ke dalam beberapa jenis berikut.
1.    Menurut jumlah kata
      a.    Dua kata
−    mencari ilham : berusaha mencari ide baru
−    bercermin bangkai : menanggung malu
b.    Tiga kata atau lebih
−    diam seribu bahasa : membisu
−    hutangnya setiap helai bulu : tak terhitung banyaknya
2.    Menurut  zaman
      a.    Ungkapan lama
matanya bagai bintang timur : bersinar, tajam
rambutnya bagai mayang mengurai : ikal, keriting
berminyak air : berpura-pura
      b.    Ungkapan baru
−     ranjau pers : undang-undang pers
−     berebut senja : siang berganti malam
−     ranum dunia : penyebab kesulitan
3.    Menurut asalnya
       a.    Ungkapan berasal dari bahasa asing
black sheep : kambing hitam
over nemen : mengambil oper
side effect : akibat samping
       b.    Ungkapan berasal dari bahasa daerah
soko guru : suri tauladan
anak bawang : yang tidak diutamakan


2.    Makna Kata Berdasarkan Hubungan Antarmakna
       Makna kata berdasarkan hubungan antarmakna terdiri atas sinonim,antonim, dan hiponim.
a.    Sinonim
Sinonim ialah pasangan kata atau kelompok kata yang mempunyai arti mirip atau hampir sama. Walaupun sinonim menunjukkan kesamaan arti kata, sesungguhnya arti kata-kata itu tidaklah sama betul. Dalam kalimat tertentu, suatu kata mungkin dapat digunakan tetapi dalam kalimat lain tidak dapat digunakan atau penggunaannya selalu dipertimbangkan oleh unsur nilai rasa atau lingkungan penuturnya (kontekstual).
Contoh sinonim dengan kata yang sama maknanya :
−     Bung Ha_a telah wafat. (telah = sudah)
−     Kita merdeka karena jasa Bung Ha_a. (karena = sebab)
−     Bung Ha_a sangat berjasa. (sangat = amat)
Contoh beberapa kata yang memiliki kemiripan makna :
−     Tepat di muka gedung kantor pos Jakarta berdirilah sebuah kompleks bangunan kuno yang kukuh.
−     Persis di bangunan kantor pos Jakarta kota tertancaplah sebuah kawasan bangunan kolot yang kuat.
Makna kalimat 1 dan 2 sama. Namun kalimat 1 lebih jelas isinya, kalimat 2 pilihan katanya kurang tepat sehingga pembaca / pendengar menjadi ragu menafsirkan maknanya.

b.    Antonim
       Antonim adalah kata-kata yang berlawanan maknanya/berlawanan. Contoh:
a)    Sejak sakit batuk, ia pantang minum es. Ia harus meminum obat itu sesuai yang dianjurkan oleh dokter.
b)    Aksi penebangan pohon merupakan perusakan hutan. Pemerintah menghimbau agar warga melestarikan hutan.
c)    Kadang-kadang ia berlatih seminggu sekali. Nasihat orang tuanya seringkali tidak didengarnya.
d)    Perkembangan anak itu sangat lambat. Dengan tangkasnya, ia menendang bola ke mulut gawang. Terdapat beberapa perbedaan antara kata-kata yang berantonim. Oposisi antarkata dapat berbentuk seperti berikut.

e.   Oposisi inversi
Contoh:
−     Jual-beli
−     Pulang-pergi
f.    Oposisi komplementer
      Contoh:
      −    mur-baut
      −    kompor-minyak
g.   Oposisi inkompabilitas
      Contoh:
      −    merah-hijau
h.   Oposisi hierarki
      Contoh:
      -     camat lurah.

 
a.   Oposisi kembar
Contoh:   laki-laki-perempuan
              − jantan–betina
              − hidup-mati
b.   Oposisi majemuk
      Contoh:
−     baju-merah
−     sapu- tangan
−     rumah-makan
c.   Oposisi gradual
Contoh:   kaya- miskin
              panjang- pendek
d.   Oposisi relasional (kebalikan)
      Contoh: −  orangtua-anak
              −  guru-murid
              −  memberi-menerima
c.    Hiponim
             Hiponim ialah kata yang memiliki hubungan hierarkis dengan   beberapa kata yang lain. Hubungan hierarki ini terdiri atas satu kata yang merupakan induk (hipernim), yang memiliki semua komponen makna kata lainnya yang menjadi unsur bawahannya (hiponim). Proses hiponim dan hipernim menimbulkan istilah kata umum dan kata khusus.
       Kata umum dipakai untuk mengungkapkan gagasan umum,sedangkan kata khusus digunakan untuk perinciannya. Jadi, kata umum dapat diterapkan untuk semua hal, sedangkan kata khusus diterapkan untuk hal tertentu saja. Contoh penggunaan kata umum dan khusus dalam kalimat seperti berikut.
1.   Pukul 07.00 WIB bel berdering cukup keras. Berdering (kata khusus), biasanya digunakan untuk bunyi bel. Kata umumnya ialah bunyi. Kata bunyi bisa digunakan untuk semua suara benda/sesuatu.
2.   Untuk menyambut tahun baru, Ibu merangkai melati dan mawar. Kata melati dan mawar merupakan kata khusus. Kata umumnya ialah bunga.
       Berdasarkan contoh penggunaan kata umum dan kata khusus di atas, cermatilah kata umum dan kata khusus pada tabel berikut ini.

Kata Umum
Kata Khusus
melihat
memandang, menonton, meratap,menyaksikan, menengok, mengintip
melihat
memandang, menonton, meratap,menyaksikan, menengok, mengintip
mamalia
sapi, kambing, kucing
pola hidup
berfoya-foya, boros, irit, mewah, sederhana
musik
jazz, rock, keroncong.
kendaraan
mobil, motor, bus
membawa
menjinjing, memikul, memanggul,menenteng, menggendong
memotong
memenggal, mengiris, menebang, memancung, menggergaji


D.    Penggunaan Kamus dalam Mencari Bentuk, Kategori, dan Makna Kata
       Kamus dapat membantu seseorang untuk mencari variasi bentukan kata, kelas kata, dan contoh-contoh pemakaiannya, termasuk pelafalan,pedoman kata, dan bentuk ungkapannya. Kamus disusun berdasarkan abjad yang disertai penjelasan tentang makna dan pemakaiannya. Di dalam kamus, terdapat keterangan tentang hal-hal berikut.
(1)   Label bidang ilmu, contoh: Adm (administrasi dan kepegawaian), Anat (anatomi) Ark (arkeologi).
(2)   Dialek, contoh Jw untuk Jawa, BT untuk Batak, Ar untuk Arab, Bld untuk Belanda.
(3)   Ragam bahasa, contoh cak untuk cakapan, hor untuk ragam hormat, kas untuk ragam kasar.
(4)   Penjelasan makna, contoh berlari: berjalan kencang,
(5)   Label kelas kata, contoh a (adjektiva), adv (adverbia), n (nomina), v (verba)
Contoh Lembaran Kamus

































E.    Bentukan Kata/Frasa Baru
       Kata adalah satuan terkecil dari tata bahasa yang bermakna. Makna kata merupakan perwujudan kesatuan perasaan dari pikiran yang disampaikan lewat bahasa. Dari satu kata, dapat kita bentuk belasan kata turunannya.
       Bentuk berimbuhan tersebut menunjukkan pertalian yang teratur antara bentuk dan maknanya. Dalam perkembangan bahasa Indonesia, kata banyak mengalami penambahan. Hal ini terjadi karena adanya proses asimilasi dan adaptasi dari kosakata asing dan juga akibat paradigma atau proses analogi. Paradigma artinya pembentukan kata mengikuti pola atau contoh yang sudah ada, sedangkan analogi membandingkan pola yang sudah ada.
       Pada dasarnya keduanya sama.
      
Contoh bentukan kata berdasarkan paradigma:





Berlaku pula pada kata-kata di bawah ini.











Contoh pembentukan frasa berdasarkan paradigma atau analogi.
1.    Dari frasa rumah produksi, muncul frasa yang sejenis, yaitu:
rumah singgah
rumah potong
rumah duka
rumah industri
2.    Dari frasa bawah sadar, muncul frasa baru:
bawah umur
bawah standar
bawah tanah
bawah harga
3.    Dari bentukan kata pramugari dan pramuniaga, muncullah bentukan kata:
pramuwisma
pramusiwi
pramusaji
pramuria
pramuwisata
pramujasa
4.    Dari frasa alih bahasa, timbul frasa:
alih ragam
alih ilmu
alih kuasa
alih haluan
alih teknologi
5.    Dari frasa hari raya muncul frasa baru :
jalan raya
pasar raya
− panen raya
6.    Dari kata tamu agung muncul
− jaksa agung
− upacara agung
− hakim agung
− jumat agung
− dewan pertimbangan agung
− mahkamah agung
− karya agung
7.    Dari gabungan kata angkat topi timbul gabungan kata:
− angkat diri
− angkat bicara
− angkat sumpah
− angkat sembah
− angkat bahu
− angkat kaki
8.    Dari istilah adipati, timbul istilah:
− adibusana
− adikuasa
− adidaya
− adikarya
Contoh pembentukan kata yang dipengaruhi oleh imbuhan asing.
− -if : aktif, agresif
− -er : komplementer, parlementer
− -al : struktur, normal
− -is : teknis, praktis
− -isasi : modernisasi, normalisasi, legalisasi
− pasca- : pascapanen, pascasarjana
− pra- : prasejarah, prakarsa.




A.   Pengertian Istilah
             Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu makna konsep. Istilah dibedakan menjadi 2 yaitu:
1.    Istilah Umum adalah istilah yang menjadi unsure bahasa  yang digunakan secara umum
2.    Istilah khusus adalah istilah yang pemakaiannya dan maknanya terbatas pada suatu bidang tertentu
3.    Istilah ada yang sebagai kata dasar,ada pula yang sebagai kata turunan. Bentuk turunan yang dimaksud yaitu dibentuk dari kata dasar afiks tertentu.
4.    Istilah yang berbentuk lain adalah istilah adalah dalam bentuk ulang dan gabungan kata.
5.    Istilah berasal dari berbagai kosa kata bahasa Indonesia, kosa kata serumpun, kosa kata bahasa asing, dan ada juga yang dibentuk dengan cara menterjemahkan.

Identifikasi Proses Morfologis dan Nonmorfologis

      Singkatan masuk ke dalam proses morfologis. Kali ini, Anda akan belajar mengidentifikasi proses morfologis dan nonmorfologis. Proses morfologis pembentukannya bersistem, proses nonmorfologis pembentukkannya tidak bersistem. Anda diharapkan dapat membedakan kata-kata yang mengalami proses morfologis dan nonmorfologis. Apa perbedaan antara proses morfologis dengan nonmorfologis? Proses morfologis pembentukan morfemnya bersistem sehingga kata-kata yang dihasilkan bersistem. Proses nonmorfologis (abreviasi, singkatan, akronim) pembentukan morfemnya terkadang tidak bersistem. Seperti contoh berikut. Menbud, APBD, DPR.
      Bentuk-bentuk tersebut disebut abreviasi. Istilah lain abreviasi adalah kependekan. Bentuk-bentuk kependekan tersebut berfungsi memudahkan pengucapan. Selain itu, bentuk kependekan (abreviasi) tersebut dapat muncul karena terdesak kebutuhan agar berbahasa secara cepat dan praktis. Bentuk-bentuk abreviasi di antaranya akronim dan singkatan. Akronim merupakan proses pemendekan yang menggabungkan huruf awal, suku kata, atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. Singkatan merupakan bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
(Sudarno, 1994)
Akronim dan  Singkatan
Akronim meliputi hal-hal berikut ini.
1.   Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
      Contohnya,     LAN     :   Lembaga Administrasi Negara
                           PASI    :   Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
                           SIM     :   Surat Izin Mengemudi
2.   Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
      Contohnya,     Bappenas    :   Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
                           Iwapi           :   Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
                           Sespa         :   Sekolah Staf Pimpinan Administrasi
3.   Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Contohnya,           pemilu     :   pemilihan umum
                           rapim       :   rapat pimpinan
                           tilang       :   bukti pelanggaran

Singkatan juga dapat dibedakan atas hal-hal berikut.
1.   Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
      Contohnya,     S.E.        :   sarjana ekonomi 
                           S.S.        :   sarjana sastra
                           S.K.M.    :   sarjana kesehatan masyarakat
                           Bpk.        :   bapak
                           Sdr.         :   saudara
                           Kol.         :   kolonel
2.   Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan kenegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
      Contohnya,     DPR        :   Dewan Perwakilan Rakyat
                           PGRI       :   Persatuan Guru Republik Indonesia
                           GBHN     :   GarisGaris Besar Haluan Negara
                           PT           :   Perseroan Terbatas
                           KTP        :   Kartu Tanda Penduduk
3.   Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu titik.
      Contohnya,     dll.          :   dan lain-lain
                           dst.      :   dan seterusnya
                           hlm.     :   halaman
4.   Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
      Contohnya,     Na                  :   natrium
                           L                    :   liter
                           kg                  :   kilogram
                           Rp 5.000,00    :   lima ribu rupiah
      Sebutkan juga contoh-contoh singkatan lainnya. Anda juga dapat mencarinya dalam bacaan-bacaan sebelumnya. Selanjutnya, Anda pun dapat membedakan kata-kata yang mengalami proses morfologis dengan proses nonmorfologis. Proses morfologis pembentukannya bersistem atau terstruktur sehingga kata-kata yang dihasilkannya pun berstruktur. Adapun proses nonmorfologis (abreviasi, singkatan, akronim) pembentukannya terkadang tidak bersistem. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut. Adul seorang peneliti rudal di Indonesia. (nonmorfologis) Adul sedang bermain di halaman. (morfologis)
      Berdasarkan contoh tersebut, kata rudal terbentuk dari kata peluru kendali. Proses pembentukannya diambil dari suku kata terakhir (peluru), tetapi pada kendali tidak diambil suku kata terakhir, melainkan meninggalkan satu huruf. Oleh karena itu, akronim merupakan salah satu proses nonmorfologis karena tidak bersistem. Contoh lain proses nonmorfologis sebagai berikut. Siskamling : Sistem keamanan lingkungan Depdagri : Departemen Dalam Negeri
      Adapun kata bermain termasuk ke dalam proses morfologis karena pembentukannya bersistem. Kata bermain terbentuk dari kata main +berbermain. Selanjutnya, kamu pun dapat menggunakan kata-kata yang mengalami proses nonmorfologis ke dalam konteks kalimat. Contohnya, Sitompul menjadi anggota TNI. Depdiknas merupakan lembaga yang bertanggung jawab terhadap kemajuan pendidikan di tanah air. Pemilu di Indonesia dilakukan lima tahun sekali. Sitompul menjadi anggota TNI. Depdiknas merupakan lembaga yang bertanggung jawab terhadap kemajuan pendidikan di tanah air. Pemilu di Indonesia dilakukan lima tahun sekali.

 

Imbuhan

      Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah afiks (imbuhan). Afiks adalah satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsure yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru (Ramlan, 2001: 55). Afiks terbagi atas tiga macam yaitu: prefiks (awalan), infisk (sisipan), dan sufiks (akhiran). Pada pembelajaran ini, Anda hanya akan belajar mengenai prefiks dan sufiks.
1.   Prefiks (awalan) Beberapa prefiks dalam bahasa Indonesia yaitu:
      a.   meN–
Awalan meN- berfungsi sebagai pembentuk kata verbal. Kata verbal adalah kata yang pada tataran klausa mempunyai kecenderungan menduduki fungsi predikat.
Makna awalan meN-
1)   Menyatakan suatu perbuatan yang aktif transitif, maskudnya perbuatan itu dilakukan oleh pelaku yang menduduki fungsi subjek yang menuntut adanya objek. Contohnya: menulis,meresmikan, mencetak, dan membaca.
           2)  Menyatakan makna proses. Contohnya: melebar, meluas, dan meninggi.
           3)   Menyatakan makna melakukan tindakan yang berhubungan dengan apa yang tersebut pada bentuk dasar. Contohnya: menepi (menuju ke tepi), merokok (menghisap rokok), membatu ( menjadi batu), dan mengabdi (berlaku sebagai abdi).
           Variasi bentuk awalan meN-
           1)   meN- akan berubah menjadi me- jika dilekatkan pada katakata yang diawali huruf l,m,n,ny,ng,r,y, atau w.
                Contoh: melatih, memakan, menamai, menyatakan, menganga,meramaikan, meyakinkan,dan mewajibkan.
           2)   meN- akan berubah menjadi men- jika dilekatkan pada kata-kata berawalan huruf d atau t.
                Contoh: mendatangkan dan menuduh.
           3)   meN- akan berubah menjadi mem- jika dilekatkan pada kata-kata berawalan huruf b, p, atau f.
                Contoh: membabat,memakai, dan memfitnah.
           4)   meN- akan berubah menjadi meny- jika dilekatkan pada kata-kata berawalan huruf c, j, dan s.
                Contoh: menyatukan,menyucikan, dan menyadari.
           5)   meN- akan berubah menjadi menge- jika dilekatkan pada kata-kata yang bersuku kata satu. Contoh: mengetik, mengecek, dan mengerem.

Imbuhan meng-
Pada pelajaran ini Anda akan memperlajari bentuk, fungsi, danmakna imbuhan meng-.
Bentuk dan ungsi Imbuhan meng-
       Dalam jajaran imbuhan, imbuhan meng- merupakan imbuhan yang produktif. Artinya, kemampuan imbuhan meng- ketika bergabung dengan kata, jumlah yang kita dapatkan sangat banyak.
       Dalam proses morfologisnya, imbuhan meng- mengalami proses morfofonemik, yaitu penambahan fonem m, n, ng, ... yang timbul akibat penggabungan dua morfem pada waktu pembentukan kata berimbuhan. Imbuhan ini mengalami perubahan sesuai dengan lingkungan yang dimasukinya sehingga bisa menjadi me-,men-,mem-,meny-, dan menge-.
meng-  tetap meng
meng + ambil mengambil
meng + harap mengharap
meng- menjadi memeng + latih melatih
meng + makan memakan
meng- menjadi menmeng + duga menduga
meng + tuduh menuduh

meng- menjadi memmeng + buat membuat
meng + pakai memakai

meng- menjadi menymeng + satu menyatu
meng + sapu menyapu

meng- menjadi mengemeng + tik mengetik
meng + bom mengebom

      Selain itu, imbuhan meng- juga mengalami proses nasalisasi,yaitu perubahan fonem pada awal kata dasar akibat adanya pembubuhan awalan meng-.
Fungsi imbuhan ini adalah pembentuk kata kerja baik transitif maupun taktransitif.

Makna Imbuhan meng-
Makna imbuhan meng- meliputi:
a.    mengerjakan/melakukan pekerjaan
  Contoh:   menulis, membaca, menata
b.    menjadi
  Contoh:   mengembun, membatu, meluas
c.    menuju ke-
       Contoh:   menepi, mendarat, mengangkasa
d.    mencari
       Contoh:   merumput, mendamar, merotan
e.    membuat
       Contoh:   menyambal, menggulai
f.     berlaku seperti
       Contoh:  membisu, membabi buta, mematung, menggila
g.    membuang
       Contoh:   menguliti, membulut

Imbuhan meng- n dan meng-
    Imbuhan meng-kan dan meng-i merupakan bentuk imbuhan yang produktif. Maksudnya imbuhan tersebut dapat menghasilkan banyak kata baru.

Bentuk dan ungsi Imbuhan meng- n dan meng-
Secara morfologis, imbuhan meng- mengalami proses morfofonemik. Imbuhan meng- dapat menjadi me-, men-, mem-, meny, dan menge-, (lihat materi di bab 5), sedangkan akhiran –kan maupun -i sebagai variasi imbuhan tersebut tidak mengalami perubahan bentuk. Imbuhan meng-kan dan meng-i keduanya sama-sama berfungsi sebagai pembentuk kata kerja transitif.

Makna Imbuhan meng- n
Makna Imbuhan meng-kan dibedakan menjadi makna benefaktif dan makna kausatif.
a.       Benefaktif (melakukan pekerjaan untuk orang lain)
    Contoh:
b.       Kausatif
1.      Menyebabkan seseorang atau sesuatu tindakan seperti yang disebutkan pada kata dasarnya.
    Contoh:    Pemerintah mendatangkan paha ayam dari Amerika.
2.      Menyebabkan seseorang atau sesuatu menjadi seperti yang disebutkan pada kata dasarnya.
    Contoh:    Sebaiknya kamu membetulkankonsep ini sebelum kamu ajukan ke gurumu!
3.      Menyebabkan jadi atau menganggap sebagai apa yang disebut kata dasarnya.
    Contoh:    Sebaiknya kita jangan terlalu mendewakan uang.
4.      Membawa ke tempat yang disebut pada kata dasarnya.
    Contoh:    Perusahan itu memejahijaukan salah satu karyawannya karena memakai sandal bolong.

Makna Imbuhan meng-
    Makna imbuhan meng-i dibedakan menjadi imbuhan bermakna kuantitatif, berarti memberi, dan berhubungan dengan tempat.
a.       Kuantitatif
    Melakukan sesuatu atau tindakan yang berulang-ulang seperti yang disebutkan oleh kata dasarnya.
Contoh: Mereka memukuli pencopet itu.
b.       Memberi
    Melakukan tindakan memberi kepada seseorang atau sesuatu seperti yang disebutkan oleh kata dasarnya.
Contoh:   Percuma saja, perbuatanmu itu bagaikan menggarami laut.
c. Tempat
Melakukan tindakan terhadap orang atau sesuatu yang berhubungan dengan tempat seperti yang disebutkan oleh kata dasarnya.
Contoh:   Teguh mendatangi rumah pacarnya.
d.       Kausatif
Contoh:   Air matanya telah membasahi pipinya yang merah.

      b.   ber-
           Awalan ber- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja. Makna awalan ber- adalah sebagai berikut.
           1)   Menyatakan perbuatan yang aktif. Contohnya: berjuang,bersandar, dan bernyanyi.
           2)   Menyatakan dalam keadaan. Contohnya: bergembira dan berbahagia.
           3)   Menyatakan makna kumpulan yang terdiri dari jumlah yang tersebut pada bentuk dasar. Contohnya: berdua (kumpulan  yang terdiri dari dua.
           4)   Menyatakan makna melakukan perbuatan berhubung dengan apa yang tersebut pada bentuk dasar. Contohnya:
                berbaju (memakai baju) dan berladang (mengusahakan ladang).
           5)   Menyatakan makna mempunyai apa yang tersebut pada bentuk dasar. Contohnya: berayah (mempunyai ayah) dan berpenyakit (mempunyai penyakit).
           Variasi bentuk awalan ber-
           1)   ber- akan berubah menjadi be- jika dilekatkan pada kata dasar yang suku kata pertamanya berakhir dengan er. Contoh: bekerja dan bepergian.
           2)   Ber- akan berubah menjadi bel- jika dilekatkan pada kata dasar yang diawali huruf vokal. Contoh: belajar dan belunjur.
      c.   di-
Awalan di- mempunyai satu fungsi yaitu membentuk kata kerja pasif. Maknanya menyatakan suatu perbuatan yang pasif.
           Contohnya: dibawakan, diambil, dan diresmikan.
      d.   ter-
           Awalan ter- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif. Makna awalan ter- sebagai berikut.
           1)   Menyatakan ketidaksengajaan atau ketiba-tibaan. Contohnya: terbakar dan terbangun.
           2)   Menyatakan aspek perfektif sudah dibagi. Contohnya: terbagi (sudah dibagi) dan tertutup (sudah ditutup).
           3)   Menyatakan kemungkinan. Awalan ter- yang menyatakan makna ini pada umumnya didahului kata negatif tidak atau tak. Contohnya: tidak ternilai (tidak dapat ternilai).
           4)   Menyatakan makna paling. Contohnya: tertinggi dan terpandai.
           Variasi bentuk awalan ter-
           1)   ter- akan berubah menjadi te- jika ditambahkan pada kata dasar yang diawali huruf r. Contoh: terebut dan terasa.
           2)   Jika suku kata pertama kata dasar berakhir dengan bunyi er, fonem /r/ pada awalan ter- ada yang muncul ada yang tidak. Contoh: terpercaya dan tepercik.
     
      e.   peNAwalan
           peN- berfungsi sebagai pembentuk kata nominal ( kata benda). Makna awalan peN- sebagai berikut.
1)   Menyatakan makna yang (pekerjaanya) melakukan perbuatan yang tersebut pada kata bentuk dasar. Contohnya: pembaca (yang pekerjaannya membaca) dan pelukis (yang pekerjaanya melukis).
           2)   Menyatakan makna alat yang dipakai untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar. Contohnya: pemotong, pemukul, dan penjahit.
           3)   Menyatakan makna yang memiliki sifat yang tersebut pada bentuk dasar. Contohnya: pemberani, pemalu, dan  penakut.
           4)   Menyatakan makna menyebabkan. Contohnya: pengeras, penguat, dan pendingin.
           5)   Menyatakan makna yang pekerjaanya melakukan perbuatan. Contohnya: penyair, pengusaha, dan penggergaji.

2.   Akhiran (sufiks)
      Beberapa sufiks dalam bahasa Indonesia adalah –kan, –i, dan –an.
      a.   Akhiran (–kan)
Akhiran-kan tidak berfungsi membentuk kata,melainkan berfungsi membentuk pokok kata. Makna akhiran-kan:
           (1) menyatakan makna benefaktif (perbuatan yang dilakukan untuk orang lain). Contohnya: membacakan, membelikan,dan membawakan.
           (2) menyatakan makna menyebabkan sesuatu melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar. Contohnya: menerbangkan dan memberangkatkan.
           (3) menyatakan makna sesuatu menjadi yang seperti yang tersebut pada bentuk dasar. Contohnya: meluaskan dan membetulkan.
           (4) menyatakan menyebabkan sesuatu jadi atau menganggap
sesuatu sebagai apa yang tersebut pada bentuk dasar. Contohnya: mendewakan (menganggap … sebagai dewa) dan mengurbankan (menyebabkan … jadi kurban).
           (5) menyatakan membawa/ memasukkan sesuatu ke tempat
yang tersebut pada bentuk dasar. Contohnya: memenjarakan (memasukan … ke penjara) dan menyeberangkan (membawa … ke seberang).
     
      b.   Akhiran (–i)
           Akhiran –i berfungsi membentuk pokok kata. Makna akhiran –i:
           1)   menyatakan makna perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar itu dilakukan berulang-ulang.
                Contohnya: memukuli (memukul berulang-ulang).
           2)   menyatakan makna memberi apa yang tersebut pada bentuk dasar. Contohnya: menggarami, memagari, dan menomori.
           3)   menyatakan makna tempat.
                Contohnya: menduduki dan mendatangi.
           4)   menyatakan makna kausatif membuat jadi.
                Contohnya: memanasi dan melempari.
      c.   Akhiran (–an)
           Akhiran –an berfungsi sebagai pembentuk kata nominal. Makna akhiran –an:
           (1) menyatakan makna alat untuk. Contohnya: timbangan dan  garisan.
           (2) menyatakan makna hasil. Contohnya: karangan dan tulisan.
           (3) menyatakan makna tiap-tiap. Contohnya: bulanan dan mingguan.

Contoh Kata Berimbuhan
1.    Prefiks (awalan)
a.   prefiks di- (contoh: dibawa, dipandang)
b.   prefiks ter- (contoh: terlihat, terpandai, tertidur)
c.   prefiks se- (contoh: serumah, seindah, sesudah)
d.   prefiks ke- (contoh: kelima, kekasih)
e.   prefiks pe- (contoh: pelari, penyair)
f.    prefiks per- (contoh: perdalam, pertiga, pertuan)
g.   prefiks me- (contoh: membesar, menepi, meringkik)
h.   prefiks ber- (contoh: bersawah, beranak, bersepeda)

2.    Infiks (sisipan)
Infiks adalah semacam morfem terikat yang disisipkan pada sebuah kata konsonan pertama dan vokal pertama. Bentuk infiks ini tidak berubah.
      Berikut ini empat macam infiks yang ada dalam bahasa Indonesia.
1.   - el -   (contoh: tunjuk-telunjuk)
2.   - er-    (contoh: gigi-gerigi)
3.   - em- (contoh: tali-temali)
4.   - in-    (contoh: kerja-kinerja)

3.    Sufiks (akhiran)
a.   sufiks -kan (contoh: membersihkan, menduakan,mendewakan)
b.   sufiks -i (contoh: mendatangi, diobati)
c.   sufiks -an (contoh: undangan, bulanan, lapangan)
d.   sufiks -nya (contoh: bajunya, buruknya, kencangnya)
e.   sufiks -man; wan, wati (contoh: seniman, seniwati)

4.    Konfiks (imbuhan)
a.   kofiks ke-an (contoh: kemajuan, kepergian)
b.   konfiks pe-an (contoh: pekerjaan, pendaratan)
c.   konfiks per-an (contoh: persawahan, persahabatan)
d.   konfiks se-nya (contoh: setingi-tingginya, serajinrajinya)

5.    Gabungan imbuhan
a.   gabungan me -kan (contoh: meninggikan)
b.   gabungan di -kan (contoh: didengarkan)
c.   gabungan memper -kan (contoh: memperundingkan)
d.   gabungan diper -kan (contoh: diperdebatkan)
e.   gabungan mem + per + i (contoh: memperbaiki)
f.    gabungan di + per + i (contoh: dipelajari)
g.   gabungan ber -an (contoh: berpelukan)
h.   gabungan ber -kan (contoh: bersandikan)

Konfiks ke- an
      Konfiks ke-an merupakan satu kesatuan unsur awalan dan akhiran yang melebur menyatu dalam bentuk, fungsi, dan makna. Konfiks kean merupakan konfiks yang sangat produktif dalam membentuk kata lain, terutama kata sifat dan kata kerja menjadi kata benda abstrak, misalnya kejelekan, ketakutan, dan kepergian.
A.   Bentuk
      Perhatikan contoh berikut!
- ke + akrab + an = keakraban
- ke + dalam + an =kedalaman
Dari contoh (1) dan (2) dapat disimpulkan bahwa konfiks ke-an
tidak mengalami perubahan bentuk jika dilekatkan pada kata apapun.

B.   Fungsi
Perhatikan contoh berikut:
- ke + raja + an = kerajaan
- ke + sakit + an = kesakitan
Contoh (1) kata yang dibentuk konfiks ke-an menjadi kata benda.
Contoh (2) kata yang dibentuk menjadi kata kerja pasif intransitif.
Jadi, fungsi konfiks ke-an ialah membentuk kata benda dan kata sifat yang menyatakan keadaan atau membentuk kata kerja pasif intransitif. Selain dilekatkan pada kata dasar, konfiks ke-an juga dilekatkan pada kata majemuk dan kata berimbuhan seperti: keanekaragaman, kebersamaan.

 

Hukum D-M


Hukuman D-M ialah peraturan menyusun kata nama majmuk dan ayat yang mendahulukan unsur yang diterangkan (diringkaskan sebagai D) dan mengemudiankan kata sifat yang menerangkan (diringkaskan sebagai M). Istilah Hukum D-M diperkenalkan oleh Prof. St. Takdir Alisjahbana dalam bukunya, Tatabahasa Baru Melayu Indonesia.

Kesalahan yang biasa berlaku

Kesalahan yang biasa berlaku, khususnya di kalangan orang yang bersikap keinggerisan, disebabkan oleh kekeliruan antara susunan kata nama majmuk bahasa Melayu dengan kata nama majmuk bahasa Inggeris. Sebilangan kesalahan yang sering berlaku adalah seperti berikut:
Kesalahan
Padanan bahasa Inggris
Pembetulan
dalam lain perkataan
in other words
dengan kata-kata lain
lain-lain perkara
other matters
perkara-perkara lain
Minah Restoran
Minah Restaurant
Restoran Minah
Dunlop tayar
Dunlop tyre
tayar Dunlop
goreng pisang
fried banana
pisang goreng
cili sos
chilli sauce
sos cili

Buku Pintar Berbahasa dan Sastra Indonesia (Penulis Dra. Agustien S., dkk) dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
·         Awang Sariyan. Kunci Bahasa Malaysia (1986), Sasbadi Sdn. Bhd.

FONOLOGI ( TATA BUNYI)

1.  Ilmu yang mempelajari bunyi bahasa disebut FONOLOGI . Fonologi terbagi menjadi ;
    1.   Fonetik yaitu mempelajari ujaran tanpa membedakan arti .
    2.   Fonemik yaitu mempelajarui bunyi ujaran sebagai pembeda arti .
         sedangkan Fonem yaitu bunyi yang terkecil yang dapat membedakan arti .
             Contoh  : modul – model      tari- lari             malam – dalam        daki- dasi                   
                                    [ u , e , t , l , m , d , k, s,]    termasuk fonem

2.  Fonem bahasa indionesia terdiuri atas :
      2.1.    Vokal         : bunyi bahasa yang terjadi apabila udara keluar dari paru- paru tanpa mendapat halangan .     
Contoh   :  a , i , u , e , o , .
      2.2. Konsonan : bunyi bahasa yang keluar dari paru- paru mendapat halangan
                Contoh : p , b , m , k , p , y , t , s , ….. dan lain- lain .
      2.3. Diftong      : dua vocal yang diucapkan secara serentak [ satu kesatuan  waktu] .
             missal : pantai , pulau ,amboi , kerbau .
      2.4. Deret  Vokal : dua vocal yang diucapkan tidak dalam satu kesatuan waktu .                                                                    misalnya : dicintai , dimulai , dikelabui , ….. dll
      2.5. Gugus Konsonan : dua konsonan berturutan diucapkan daqlam satu kesatuan waktu .
                Contoh : atraksi , ekspres  , klasik ……

3.    Perubahan fonem   :
      3.1.  Asimilasi : dua fonem yang tidaki sama dijadikan sama dalam kata . Asimilasi   terdiri atas ;
   a.    Berdasarkan fonem yang diasimilaasikan :
                      asimilasi progreswif ;        colnis menjadi collis
                      asimilasi regrewsif   ;        alsalam menjadi asasalam
                                                            inmoral menjadi inmmoral
               b.    Berdasarkan sifatnya    :
                      1.   asiomilasi total      : adasimilatio menjadi assimilasi
                                                            inmoral menjadi immoral
                                                            aisalam menjadi assalam
                      2.   asimilasi partial     : imperfect menjadi imperfek
                                                            import menjadi impor
4.  Disimilasi : dua fonem yang sama dijadikan tidak sama dalam kata .
      Contoh ;  sajjana menjadi sarjana
                       citta menjadi cipta


No comments: